Medan (Analisa). Program kemitraan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan pendapatan petani plasma dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
Komoditas bawang merah merupakan komoditas dengan permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang merah per kapita sebesar 0,54 ons per hari. Sebagai komoditas sayuran bawang merah termasuk komoditas dengan produksi tinggi sebesar juta ton pada tahun 2018. Sentra usaha bawang merah di Lampung masih dalam pengembangan untuk membantu menstabilkan kebutuhan suplai bawang merah dan menjaga kestabilan harga di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat serta kelayakan dalam aspek teknis, finansial dan sosial ekonomidalam usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kawasan lahan pertanian bawang merah di Lampung Tengah kecamatan Kota Gajah. Metode yang digunakan meliputi wawancara langsunguntuk pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder melalui pusat informasi secara finansial menggunakan analisis kriteria investasi nilai NPV, IRR, rasio pendapatan dan biaya revenue and cost ratio. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa daerah kecamatan Kota Gajah memiliki iklim, jenis tanah dan ketersediaan serta skill petani yang memenuhi untuk tanaman bawang merah. Pada analisis finansial menunjukkan usaha tersebut layak dijalankan karena diperoleh rasio revenue dan cost sebanyak 1,8, dengan nilai NPV Rp. dan IRR 15,19% pada periode kedua diatas tingkat diskonto. Pada aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa tanaman bawang merah mampu meningkatkan penghasilan petani sebanyak 4 kali lipat dibanding menanam padi serta membuka hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan petani di luar kecamatan Kota Gajah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL TEKNIK INDUSTRI ISSN 1693-8232 HEURISTIC 43 ANALISIS USAHA TANI BAWANG MERAH DALAM ASPEK TEKNIS, FINANSIAL DAN SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN KOTA GAJAH, LAMPUNG TENGAH Dian Fajarika1, Rizqa Ula Fahadha2 1,2Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Sumatera ABSTRAK Komoditas bawang merah merupakan komoditas dengan permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang merah per kapita sebesar 0,54 ons per hari. Sebagai komoditas sayuran bawang merah termasuk komoditas dengan produksi tinggi sebesar juta ton pada tahun 2018. Sentra usaha bawang merah di Lampung masih dalam pengembangan untuk membantu menstabilkan kebutuhan suplai bawang merah dan menjaga kestabilan harga di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat serta kelayakan dalam aspek teknis, finansial dan sosial ekonomidalam usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kawasan lahan pertanian bawang merah di Lampung Tengah kecamatan Kota Gajah. Metode yang digunakan meliputi wawancara langsunguntuk pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder melalui pusat informasi secara finansial menggunakan analisis kriteria investasi nilai NPV, IRR, rasio pendapatan dan biaya revenue and cost ratio. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa daerah kecamatan Kota Gajah memiliki iklim, jenis tanah dan ketersediaan serta skill petani yang memenuhi untuk tanaman bawang merah. Pada analisis finansial menunjukkan usaha tersebut layak dijalankan karena diperoleh rasio revenue dan cost sebanyak 1,8, dengan nilai NPV Rp. dan IRR 15,19% pada periode kedua diatas tingkat diskonto. Pada aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa tanaman bawang merah mampu meningkatkan penghasilan petani sebanyak 4 kali lipat dibanding menanam padi serta membuka hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan petani di luar kecamatan Kota Gajah. Kata Kunci Analisis usaha tani, bawang merah, aspek teknis, finansial, sosial ekonomi ABSTRACT Shallot commodity is one of agricultural commodity that has high demand in Indonesia. The average consumption of shallots per capita is ounces per day. Shallot is kind of vegetable with production million tons in 2018. Production centre of shallot in Lampung, one of provincein Indonesia, is still developed. It is purposed to stabilize shallot stock and keep prices balancing in market. This study aims to determine the benefits and feasibility in technical, financial and sosio-economic aspects in shallot farming. This research was carried out in Kota Gajah Subdistrict, Central Lampung. The methods used are direct interviews for primary data, literature study in regional information center for secondary data technical aspect result that area ofKota Gajah subdistrict has a climate,type of soil and farmers' skills that available for shallot farming. The financial analysis shows that the project for shallot centre development in Kota Gajah is feasible with revenue and cost ratio obtained NPV Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 44 value is Rp. 16, 343, 200,777,- and interest rate return IRR in the second period above the discount rate. On socio-economic aspect can be showed that the shallot farming can increase farmer’s income as much as 4 times higher than paddy farming. The shallot farming also open relationship for cooperation with various parties such as government, private sector and other farmers group in outside Kota Gajah Subdistrict. Keywords farming analysis, shallots, technical, financial, socio-economic PENDAHULUAN Komoditas bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Komoditas yang tergolong dalam jenis sayuran ini dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan obat. Dalam rangka memndukung swasembada komoditas pertanian, Indonesia berupaya untuk mengurangi impor komoditas bawang merah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhan bawang merahnya sendiri dan mengekspor bawang merah sebanyak ton bawang merah pada tahun 2014. Tingkat produksi bawang merah mencapai 1,49 juta ton pada tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan, 2019. Penanaman komoditas bawang merah saat ini masih didominasi di Pulau Jawa Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur sebesar Nusa Tenggara Barat sebesar 14,92%, dan sisanya di daerah Sumatera, Sulawesi, Bali dan Yogyakarta Inagri, 2019. Bawang merah hanya dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki kecukupan air dan angin. Komoditas ini yang rentan terhadap curah hujan. Tanaman bawang merah merupakan salah satu tanaman musiman dimana pada bulan tertentu akan mengalami kenaikan pesat, namun saat terjadi musim yang kering akan mengalami penurunan. Ketersediaan bawang merah yang fluktuatif tersebut berpengaruh terhadap perubahan harga. Beberapa permasalahan yang terjadi pada tanaman bawang merah diantaranya adalah produktivitas bawang merah di Indonesia yang masih rendah dengan rata-rata 9,24 ton/ha yang masih dibawah potensi produksi diatas 20 ton/ha Kementerian Pertanian, 2015. Kendala lainnya adalah mulai jenuhnya lahan bawang merah di Pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi bawang merah dan menyumbangkan 71% dari kebutuhan bawang merah nasional Inagri, 2019. Pemerintah mentargetkan ekspor komoditas bawang merah pada tahun 2019 sebanyak 2750 ton bawang. Realisasi ekspor bawang merah sampai tahun 2019 hanya 252 ton. Jumlah ekspor ini turun secara signifikan dibandingkan pada tahun 2014 yang dapat mengekspor hingga 74 ribu ton. dapat menjadi komoditas ekspor ke negara tetangga. Untuk mengatasi kejenuhan lahan pertanian di Pulau Jawa, diperlukan pengembangan komoditas di luar pulau Jawa. Salah satu Kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil kajian penelitian komoditas unggulan Bank Indonesia didapatkan hasil bahwa Lampung memiliki potensi komoditas unggulan bawang merah. Komoditas ini menjadi komoditas unggulan terutama di Kabupaten Lampung Tengah dengan potensi lintas sektor tertinggi untuk sektor komoditi sayuran Bank Indonesia, 2017. Pengembangan usaha pertanian bawang merah membutuhkan kajian mengenai aspek finansial dan teknis di lahan baru. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 45 gambaran kelayakan investasi serta benefit bagi lingkungan sekitar. Penelitian mengenai usaha bawang merah sebelumnya dilakukan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Nurasa, Tjetjep, 2007. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis usaha tani dan keragaan marjin pemasaran bawang merah. Data yang didaptkan berupa data pendapatan petani serta perhitungan marjn pada tingkat Lembaga. Sistem pemasaran yang dilakukan terdiri dari tebasan yaitu tawar menawar sebelum panen dilakukan, sistem borongan. Penelitian tersebut masih membahas mengenai marjin yang diterima oleh petani. Variabel analisis yang digunakan masih di keuntungan dan rasio benefit serta biaya dengan nilai sebesar B/C Dalam analisis kelayakan usaha bawang merah perlu dikaji secara finasial. Pengujian kelayakan secara finansial ini pernah dilakukan di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jawa Tengah terhadap biji botani bawang merah true shallot seed. Hasil kajian secara finansial dapat menyatakan bahwa produksi TSS di Sumatera Utara dan Jawa Timur nilai revenue dibanding costR/C sebesar 3,44 dan 2,63. Namun untuk R/C di Jawa Tengah mengalami kerugian sebesar 184,3 juta atau R/C sebesar 0,41 Sembiring, Asma, dkk, 2018. Hal tersebut dapat menjadi tantangan untuk Sumatera dalam menghasilkan sentra usaha tani bawang merah dikarenakan peluang dari kajian yang memberikan hasil yang positif untuk perkembangan bawang merah. Biaya yang dipertimbangkan dalam menganalisis kelayakan finasial diantaranya biaya material meliputi benih, pupuk dan pestisida serta pollinator serangga penyerbuk. Biaya tenagakerja meliputi pengolahan sampai proses serta panen dan biaya lain meliputi biaya penyusutan peralatan asset produksi, biaya sewa dan biaya tak terduga sebesar 5% dari biaya material dan biaya tenaga kerja. Studi kelayakan terkait bawang merah diteliti di Sulawesi yang berfokus pada pengembangan benih bawang merah dengan menganalisis benefit cost ratio dari pengembangan benih bawang merah. Hasil benefit cost ratio menunjukkan bahwa benih bawang merah memiliki potensi produktifitas 14,9 ton per hektar dan benefit cost sebasar Heni, dkk, 2019. Variabel yang digunakan untuk menganalisis benefit dalam penelitian tersebut adalah total revenue, gross margin, net revenue, revenue cost ratio dan scare value untuk persepsi petani terhadap pengembangan usaha tani bawang merah. Dalam penelitian tersebut kelayakan usaha hanya dihitung dari masing masing petani yang memiliki lahan rata-rata ha. Penelitian tentang kelayakan sentra usaha tani bawang merah di Lampung Tengah menggunakan proyeksi luas total lahan yang tersedia di Kawasan Lampung Tengah terutama kecamatan Kota Gajah untuk semua kelompok petani. Lampung merupakan salah satu kawasan pengembangan tanaman hortikultura diantaranya tanaman bawang merah. Berdasarkan peta sebaran kawasan pengembangan tanaman hortikultura komoditas bawang merah, Lampung termasuk menjadi prioritas pertama kawasan untuk pengembangan komoditas bawang merah Gambar 1. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 46 Gambar 1. Sebaran kawasan pengembangan komoditas bawang merah Inagri, 2017 Peta wilayah Kecamatan Kota Gajah mencakup Kota Gajah, Kota Gajah Timur, Purworejo, Sumber Rejo, Sritejo Kencono, Saptomulyo, Nambah Rejo. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani padi dan hortikultura. Melalui bantuan pemerintah, lokasi Kecamatan Kota Gajah merupakan wilayah yang dikembangkan menjadi sentar bawang merah di masa mendatang. Pengembangan usaha bawang merah diperlukan dalam upaya mendiversifikasi lokasi usaha pertanian. Diversifikasi tersebut diperuntukkan untuk meningkatkan kemajuan bidang pertanian di lokasi pertanian dan peningkatan pendapatan. Usah tani bawang merah perlu dikembangkan dalam mendukung strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan harga bawang merah. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan dikawasan Lampung Tengah tepatnya di Kecamatan Kota Gajah. Kawasan yang telah berhasi mengembangkan bawang merah diantaranya Peta wilayah kecamatan kota gajah mencakup Kota Gajah, Kota Gajah Timur, Purworejo, Sumber Rejo, Sritejo Kencono, Saptomulyo, Nambah Rejo. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan studi literatur untuk data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survey lapang, wawancara dengan pejabat setempat dalam hal ini adalah camat Kota Gajah, wawancara dengan ketua kelompo petani serta perwakilan petani bawang merah di Kota Gajah. Survei lapang dilakukan untuk melihat kondisi area pertanian bawang merah, aliran irigasi untuk pertanian, teknologi penanaman yang digunakan dan kepadatan lokasi penanaman. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi tentang perkembangan bawang merah, jumlah petani yang telah bergabung, bentuk dukungan pemerintah terhadap petani bawang merah, kerjasama yang telah dijalin dalam pengembangan usaha bawang merah, pemasaran bawang merah serta dampak yang dialami oleh warga sekitar dengan usaha bawang merah. Aspek yang dianalis dalam pengembangan usaha tani ini meliputi benefit dalam ekonomi, benefit dalam sosial. Benefit ekonomi dikaji dalam aspek finansial. Dalam aspek finansial dikaji tentang jumlah lahan yang disediakan untuk pengembangan usaha Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 47 bawang merah dalam satu kawasan yang sudah berjalan. Untuk mendapatkan kelayakan finansial dilakukan perhitungan asset, biaya tetap, biaya varibel dan biaya lain yang diperlukan untuk usaha sentra bawang merah. Dalam aspek finansial dilakukan perhitungan ratio terhadap benefit dan cost. Perhitungan asset dilakukan dengan menghitungjumlah lahan yang siap untuk penanaman bawang merah. Rata-rata petani bawang merah di kecamatan Kota Gajah menggarap tanah miliki pribadi, namun beberapa menyewa tanah pertanian. Biaya yang dihitung meliputi biaya tetap, biaya variabel langsung dan tidak langsung. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan. Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi semua biaya yang dibutuhkan dalam persiapan, proses, pemanenan sampai bawang merah siap jual. Analisis kelayakan usaha tani menggunakan nilai NPV net present value untuk mengetahui selisih antara arus penerimaan dan pengeluaran sepanjang periode waktu tertentu. NPV positif menunjukkan keuntungan dari proyek. Zhao et al, 2016 Keterangan Bt = Penerimaan usaha tani pada tahun ke-t Ct= cost biaya usahatani pada tahun ke-t n= umur ekonomis proyek i = tingkat suku bunga yang berlaku Untuk menilai tingkat bunga yang bisa dihasilkan oleh proyek diukur dengan perhitungan internal rate of return IRR. IRR menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimana IRR dihitung sebagai berikut Keterangan IRR =Internal rate of return i1= suku bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negative NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negative Proyek dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto atau discount rate. Jika IRR kurang dari tingkat diskonto maka proyek dikatakan tidak layak. Untuk menilai tingkat investasi dilakukan perhitungan rasio revenue dan cost R/C. nilai R/C menunjukkan jumlah rasio untuk melihat keuntungan relatif yang akan didapatkan dalam sebuha proyek. Proyek dikatakan layak apabila niai R/C lebih dari 1, sebaliknya jika nilai R/C kurang dari 1 maka proyek dikatakan tidak layak. Selain R/C dihitung juga B/C ratio yang menunjukkan perbadingan antara nilai manfaat terhadap nilai biaya jika dilihat pada saat ini present value. Proyek dikatakan layak jika nilai B/C lebih dari 1. Perhitungan R/C dan B/C sebagai berikut Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 48 Total cost dihitung dari biaya tetap dan biaya variabelBosma, 2017. Perhitungan break event point dalam bentuk rupiah dihitung dari fixed cost biaya tetap dibagi dengan contribution margin. Contribution margin merupakan nilai dari variable cost dibagi dengan nilai jual barang per unit. Sedangkan untuk BEP dalam bentuk unit dihitung dari BEP rupiah dibagi harga jual per unit. Dalam penelitian ini unit dihitung dalam 1 kilogram bawang merah. Al Nasser, 2014 Benefit sosial dilakukan dengan mencari informasi terkait manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dengan adanya program usaha tani bawang merah di Kecamatan Kota Gajah. Menurut United Nation Industrial Development Organization, 2017, adanya usaha agribisnis dikaitkan dengan manfaat sosial meliputi peningkatan usaha kecil di pedesaan, membantu menciptakan peluang pekerjaan dan kewirausahaan kelompok populasi yang rentan seperti wanita, pemuda dan korban konflik. Selain itu dapat meningkatkan keberlangsungan hasil komoditi dan ketersediaan pangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Tanaman bawang merah merupakan tanamanyang tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian idel 0-800 m atau plus minus 1100 m diatas permukaan laut. Suhu udara untuk penanaman bawang merah dalah iklim kering dengan suhu udara 25 - 32 0C dan pencahayaan sekita 70%. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah antara 1300 - 2500 mm/tahun. Kelembaban nisbi antara 80-90%. Intensitas matahari penuh lebih dari 10 jam/hari. Bawang merah harus ditanam pada lahan subur dan gembur serta mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah pH antara - Jenis tanah yang baik yaitu jenis alluvial dan regosol. Tanaman bawang merah memerlukan tiupan angin sepoi sepoi yang berpengaruh baik pada laju fotosintesis dan pembentukan umbi bawang yang tinggi Rukmana, 2018 Berdasarkan dari data dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten lampung Tengah, Lampung Tengah merupakan wilayah yang beriklim tropika basah dengan kecepatan angin rata rata 5,83 km/jam. Temperatur berkisar 26 - 28 0C. Daerah lampung tengah sebagian besar adalah dataran rendah dengan ketinggian 30 hingga 60 meter diatas permukaan laut. Kondisi geologi Jenis tanah pada lahan basah adalah tanah alluvial sedangkan pada lahan kering adalah jenis latosol coklat kemerahan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Lampung Tengah, 2014. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa secara iklim untuk daerah Lampung Tengah masih sesuai dengan kondisi untuk penanaman bawang merah. Akan tetapi perlu perlakuan pada tanah yang tidak semua lahan di daerah tersebut berjenis alluvial. Petani bawang merah di Lampung Tengah perlu melakukan pengecekan derajat keasaman tanah. Pengecekan tersebut dilakukan agar pH tanah sesuai dengan kondisi tanah untuk bawang merah. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 49 Tanaman bawang merah memerlukan pengairan yang cukup dan terdapat guludan tanah yang selalu basah. Daerah di Lampung Tengah terutama di beberapa daerah seperti seputih raman dan Kota Gajah merupakan dua dari 13 tiga belas daerah di Lampung yang dialiri oleh sungai irigasi yang dinamakan sekampung sistem. Sungai ini berfungsi untuk mengaliri lahan pertanian warga sehingga musim tanam dapat dilakukan dengan sistem irigasi sungai buatan dengan panjang saluran sepanjang 7, 564,895 m2. Dengan aliran sungai tersebut menjamin adanya sumber air untuk kebutuhan irigasi di lahan pertanian. Untuk menjamin ketersediaan air, pemerintah daerah telah membantu pembangunan sumur bor dan instalasi pengairan ke lahan petani bawang merah. Kecukupan air sangat diperlukan pada awal fase tanam dimana tanaman bawang merah membutuhkan genangan air di sekitar guludan tanah. Luasan lahan di kecamatan Kota Gajah untuk jenis lahan basah sebesar 1023 ha dengan pengairan irigasi teknis sebesar 50,22% dan irigasi non teknis 27,37% serta tadah hujan 22,48% Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, 2014. Ketersediaan irigasi baik teknis maupun nonteknis dengan total 77,59% ini memberikan peluang yang baik untuk penanaman bawang merah yang tergantung pada pengairan yang cukup. Aspek Finansial Analisis finansial dilakukan dengan mencari sumber data tentang penanaman bawang merah di Lampung Tengah. Dari beberapa kecamatan yang dikunjungi, untuk penanaman bawang merah masih didominasi oleh kecamatan Kota Gajah di Lampung Tengah. Di kecamatan tersebut masih rutin menanam bawang merah. Luas lahan yang diperkirakan untuk penanaman bawang merah kurang lebih 30 ha. Lahan tersebut dimiliki secara terpisah oleh petani. Komponen biaya yang dibutuhkan dalam usaha penanaman bawang merah meliputi aset, biaya tetap, biaya variabel. Informasi biaya didapatkan dari wawancara langsung dengan kelompok petani. Biaya usaha bawang merah ini tergantung dengan kondisi lahan dan cara pengolahan lahan bawang merah. Tabel 1. Komponen biaya perawatan Pembuatan tempat penjemuran Komponen biaya pada tabel 1 merupakan biaya yang dikeluarkan saat awal memulai usaha adalah biaya peralatan. Biaya ini mencakup biaya peralatan berladang, alat penyemprot hama, biaya pembuatan penjemur bawang merah setelah panen, pembuatan gudang penyimpanan bawang merah. Biaya ini dihitung untuk kapasitas hasil panen 30 hektar. Perhitungan biaya dilakukan dengan menjumlah semua rata-rata kebutuhan petani yang telah menanam bawang merah dan sebagian dihitung dengan mengalikan variabel dari rata-rata kebutuhan petani per hektar. Biaya produksi dihitung dari biaya tetap, biaya langsung dan tidak langsung untuk operasional dari persiapan, penanaman hingga kegiatan pascapanen usaha bawang merah. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan. Diasumsikan pada lahan tersebut setengah dari total lahan merupakan lahan sewa. Hal ini dikarenakan peminat usaha tani Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 50 bawang merah tidak hanya dari petani yang memiliki lahan tetapi juga masyarakat bukan petani yang tertarik untuk ikut dalam penanaman bawang merah. Biaya bahan langsung meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, jasa untuk pengolahan tanah, pengairan sampai jasa tenaga untuk aktivitas pasca panen. Biaya tidak langsung meliputi biaya transportasi, pembelian bahan bakar untuk mesin, biaya penyusutan alat dan lainnya tabel 2. Berdasarkan hasil perhitungan, total biaya untuk investasi awal sebesar Biaya produksi rata-rata untuk sentra usaha seluas 30 ha sebesar Rp. dengan kemampuan produksi sebagai usaha pemula pada satu lagi musim sebesar 5600 kg atau 5,6 ton. pendapatan yang mampu dihasilkan dari luasan tersebut sebesar Harga bawang merah diasumsikan sebesar 10 ribu pada musim raya. Rata rata harga jual bawang merah dari - per kilogram tergantung pada musim. Berdasarkan analisis biaya dalam tabel 2 didapatkan hasil revenue cost ratio R/C sebesar 1,8 Tabel 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembuatan sentra usaha tani bawang merah ini layak untuk dijalankan karena rasio R/C lebih dari 1. Tabel 2. Uraian biaya produksi dan pendapatan usahatani bawang merah Biaya Panen dan pasca panen Jumlah bawang merah yang dihasilkan Laba Pendapatan - pengeluaran Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 51 Analisis finansial usahatani bawang merah dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan net present value NPV dengan luasan 30 ha, internal rate of return, periode pengembalian dan analisis titik impas break event point. Nilai suku bunga yang digunakan dalam perhitungan IRR sebanyak 10 % karena bunga untuk usaha kecil rata-rata mendekati – 10,5% Otoritas Jasa Keuangan, 2019. Tingkat diskonto ini didasarkan pada suku bunga pinjaman untuk usaha kecil yang berlaku saat ini dengan bunga efektif di beberapa bank. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa IRR positif didapatkan setelah periode ke 2 sebesar 15,19% yang melebihi suku bunga diskonto 10%. Perhitungan NPV dan IRR menggunakan cashflow yang didapatkan dari proyeksi pendapatan dan biaya produksi. Pada tahun awal biaya asset dan peralatan dimasukkan sehingga total pengeluaran sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya hanya dimasukkan biaya produksi Rp. Jika periode hitungan selama 5 periode maka hasil IRR menunjukkan 15,19% pada periode kedua menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV sebesar Rp. pay back period periode pengembalian sebanyak 3,7 periode, dan break event point titik impas pada kapasitas produksi kg atau 32,6 ton yang setara dengan hasil penjualan sebesar Rp. Tabel 3. Perhitungan Internal Rate of Return Aspek Sosial Ekonomi Usaha bawang merah melibatkan beberapa pihak yang membantu dalam pelaksanaan operasional dan kebijakan. Pihak yang terlibat dalam usaha tani adalah kelompok tani, ketua kelompok tani, Dinas Pertanian Kota Gajah, Ketua Camat Kota Gajah dan perbankan. Masing masing kampung mempunyai kelompok tani dengan seorang ketua kelompok. Dinas pertanian bekerjasama dengan kelompok tani mengadakan kegiatan penanaman dan perawatan tanaman untuk jenis varietas baru. Camat bertanggungjawab dalam pengawasan program untuk peningkatan usaha tani bawang merah dan program pengembangan hardskill petani bawang merah. Dalam pihak yang berkepentingan dari usaha tani bawang merah pada gambar 2. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 52 Ketua Kelompok Tani PetaniPengumpulCamatPedagang eceranStakeholder PerbankanDinas PertanianKelompok TaniGambar 2. Stakeholder dalam pengembangan usaha tani bawang merah di Kecamatan Kota Gajah Para petani di Kota Gajah menyatakan bahwa peningkatan kesempatan peluang pekerjaan meningkat setelah penanaman bawang merah. Bawang merah memiliki arus perputaran yang lebih cepat dibandingkan padi dengan penghasilan 4 kali lebih banyak dibandingkan padi dengan luasan lahan yang sama. Jumlah kerjasama yang telah terjalin oleh petani di Kecamatan Kota Gajah diantaranya adalah kerjasama untuk pembinaan petani bawang merah oleh Bank Indonesia, kerjasama untuk varietas unggul dengan salah satu universitas di Lampung, kerjasama untuk penyediaan bibit dengan dinas pertanian dan pengiriman petani ke sentra usaha tani bawang merah di luar provinsi Lampung. Jumlah petani yang telah bergabung sebanyak 30 orang yang aktif setiap musim dan total hingga 120 orang yang masih memiliki minat terhadap usaha tani bawang merah. Aspek sosial yang berkembang di Kecamatan Kota Gajah yaitu peningkatan kerjasama dengan pemerintah kabupaten. Terdapat program pelatihan baik studi banding, pembinaan dan fasilitas yang diterima petani setiap tahun dari pemerintah kabupaten. Peningkatan pengetahuan petani dalam teknologi pembudidayaan bawang merah memberikan dampak pada minat untuk bekerja di daerah. Usaha ini dapat menarik pemuda yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri untuk kembali membantu pengembangan usaha di desa. Selain itu program binaan Bank Indonesia untuk peningkatan hasil usaha dan pengetahuan tentang sistem pemasaran. Kerjasama tersebut juga telah meningkatkan fasilitas kebutuhan petani berupa sumber air. Petani awalnya mengandalkan air irigasi untuk sumber pengairan, dengan adanya program kerjasama dengan pemerintah setempat maka petani sudah memiliki sumur bor untuk pengairan saat musim panas dengan instalasi pipa ke masing masing lahan. Dari aspek ekonomi, sentra usaha tani ini juga sebagai alternatif solusi untuk penekanan inflasi harga bawang merah. Usaha ini berdampak positif pada kerjasama dalam social coporate responsibility bawang merah dengan perusahaan swasta di sekitar Lampung Tengah dalam pengadaan pupuk dan fasilitas. Hal ini karena Lampung Tengah merupakan sumber usaha perkebunan dan pertanian dengan perusahaan-perusahaan skala besar di Provinsi Lampung. Rata rata pendapatan petani untuk 1 ha lahan bawang merah mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp. per siklus tanam. Peningkatan pendapatan ini 4 kali meningkat dibandingkan pendapatan dari bertanam padi. Peningkatan aktivitas perdagangan dalam usaha tani berkembang karena pasar perdagangan bawang merah di Kecamatan Kota Gajah telah merambah ke Lampung Tengah, Metro dan Sumatera Selatan tepatnya di Martapura. Pengembangan Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 53 pasar tersebut berdampak pada pendapatan masyarakat yang bergerak dibidang transportasi jasa logistik serta perdagangan bahan baku pendukung pertanian. KESIMPULAN Penelitian ini memberikan informasi dalam kelayakan usaha tani bawang merah pada aspek teknis, aspek finansial dan sosial ekonomi. Pada aspek teknis, kabupaten Lampung Tengah memiliki iklim yang sesuai dengan iklim yang dibutuhkan untuk penanaman bawang merah. Namu demikian, untuk jenis tanaman bawang merah perlu dilakukan pengolahan lahan yang lebih baik karena kondisi tanah di lahan pertanian kecamatan Kota Gajah memiliki rata-rata pH lebih dari 5, sehingga petani perlu memberikan perlakuan khusus pada tanah sebelum musim tanam. Sumber pengairan lahan di kecamatan Kota Gajah menunjukkan potensi yang baik karena dilewati oleh Daerah Aliran Sungai yang dibangun oleh pemerintah. Selain itu bantuan berupa sumur bor untuk membantu supplai air jika terjadi kekeringan. Pada aspek finansial menunjukkan bahwa rasio R/C renenue cost ratio 1,8 yang mengindikasikan bahwa usaha tani ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV menunjukkaan angka yang positidan dan nilai IRR yang melebihi dari tingkat diskonto 10 % serta periode pengembalian 3,7 yang menunjukkan pengembalian modal dapat dilakukan dalam waktu yang tidak lama. Titik impas break event point usaha tani bawang merah ini sebesar 32,6 ton bawang merah. Aspek finansial tersebut masih dapat ditingkatkan bila kemampuan panen bisa mencapai lebih tinggi dari 5,6 ton per hektar. Hal ini dikarenakan petani yang tergabung dalam kelompok tani di kecamatan Kota Gajah sebagian besar merupakan petani pemula. Pasa aspek sosial ekonomi, usaha tani bawang merah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani 4 kali lipat dibandingkan bertanam padi. Selain pendapatan peningkatan kerjasama dengan pemerintah, universitas, perbankan dan perusahaan swasta telah membantu komunitas petani bawang merah untuk peningkatan pengetahuan, skill dan pemasaran bawang. Potensi usaha ini dapat membuka peluang perdagangan anatar daerah di lampung dan luar Lampung. Penelitian ini masih belum mengkaji total benefit dari aspek sosial ekonomi secara kuantitatif. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penelitian ini. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sumatera yang telah mendanai penelitian ini dengan skema Hibah Penelitian Smart tahun 2018. Apresiasi yang tinggi kepada kelompok tani kecamatan Kota Gajah yang telah membantu penulis selama kegiatan survei dan pengumpulan data. Penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik dengan pejabat Kecamatan Kota Gajah , Lampung Tengah untuk semua data dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 54 DAFTAR PUSTAKA Al Nasser, et al. 2014. The Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian Industries. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Volume 4, Number 5. Badan Ketahanan Pangan, 2019. Statistik Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2014. Kota Gajah dalam angka 2019. Bank Indonesia, 2017. Ringkasan eksekutif komoditas produk jenis usaha unggulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tahun 2017 di Provinsi Lampung. Diseminasi penelitian. Lampung. Bosma, Roel H,et al. 2017. The financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponics. Aquaculture Engineering. Volume 76 part B. 146-154. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lampung Tengah. 2014. Gambaran geologi dan jenis tanah Lampung Tengah. Heni, dkk. 2019. The feasibility and farmer perception of True Shallot Seed technology in Sigi District, Central Sulawesi, Indonesia. Asian Journal of Agriculture Volume 3, Number 1 16-21. Inagri, 2017. Peta sebaran komoditas bawang Diakses 21 September 2019. Nurasa, Tjetjep, Darwis, Valeriana. 2007. Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal akta Agrosia Vol. 10 hlm 40 – 48. Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Suku bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 Oktober 2019. Rukmana,Rahmat, Yudirachman, H. 2018. Sukses budidaya bawang merah di Pekarangan dan Perkebunan. Andi Publisher. Sembiring, Asma, dkk. 2018. Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultua Vol. 28 No. 2, Desember 2018 289-298. United Nations Industrial Development Organization. 2017. Agribussiness and Human Capital Diakses 25 Oktober 2019. Zhao, Jiang, Li, A., Wang, L., 2016. Economic analysis of waste-to energy industry in China. Waste Manage. 48, 604–618. Feliks Arfid GuampeJoin HengkengNovi Maryam LempaoYames SidoThe farming sector is an important part of Indonesia’s national development due to its availability of foodstuffs, industrial resources, bio-energy, labor absorption, and income source for the rural populace. The horticultural practices, such as farming vegetables, fruits, medicinal herbs and ornamental plants, are strategic subsectors in the progression of the national and regional farming industry. This study aims to determine the performance of farming and to compare the income of horticultural farming of cabbage and shallots in the Poso Regency. A combined method is utilized in this research. Qualitative data analysis will descriptively portray the production and processing stages, cost, market access, and farmers’ income, while quantitative analysis will calculate the profit and Return-Cost Ratio. The research shows that farmers’ revenue depends on the size of land they possess. After a planting season, the net income of shallot farmers is between Rp and whereas cabbage farmers earn a total net income between Rp and Rp This demonstrates that horticultural farming, namely shallot cultivation, is more profitable than cabbage. Heni SP RahayuMUCHTAR MUCHTARSaidah SaidahRahayu HSP, Muchtar, Saidah. 2019. The feasibility and farmer perception of true shallot seed technology in Sigi District, Central Sulawesi, Indonesia. Asian J Agric 3 16-21. Shallot is one of horticultural commodities that plays a significant role in both national and regional economy. A fluctuating supply of shallot influences the inflation level. Shallot production is currently still facing many problems, including high production cost. The high shallot production cost mostly goes to expenses for labor and seed while Indonesian shallot is mainly produced from the bulbs seed. This high-cost production causes a lower shallot competitiveness. Therefore, introduction of True Shallot Seed TSS technology, which lowers the cost for shallot seed, could be an ideal option to improve the shallot competitiveness in Indonesia. However, the shallot farming feasibility and the farmer’s perception of this technology are two critical aspects that need to be considered in the adoption of this new technology. This research aimed to study the potency of true shallot seed development in Central Sulawesi based on the TSS’s farming feasibility and farmer perception on TSS. The research was conducted in Sigi District, Central Sulawesi. The results showed that the farming of shallot using TSS was feasible, and within productivity, the Revenue-Cost Ratio was while the Benefit-Cost Ratio was The perception was examined based on three aspects namely technical, economic, and social aspects. The results showed that farmers were interested in planting true seed of shallot based on its high productivity, lower production cost, and market acceptance of the product; while in the social aspect, the extension and farmer group’s support still need to be improved for development of ZhaoGui-Wu JiangAng LiLing WangThe generation of municipal solid waste is further increasing in China with urbanization and improvement of living standards. The "12th five-year plan" period 2011-2015 promotes waste-to-energy technologies for the harmless disposal and recycling of municipal solid waste. Waste-to-energy plant plays an important role for reaching China's energy conservation and emission reduction targets. Industrial policies and market prospect of waste-to-energy industry are described. Technology, cost and benefit of waste-to-energy plant are also discussed. Based on an economic analysis of a waste-to-energy project in China Return on Investment, Net Present Value, Internal Rate of Return, and Sensitivity Analysis the paper makes the Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian IndustriesAl NasserAl Nasser, et al. 2014. The Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian Industries. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Volume 4, Number 5. Badan Ketahanan PanganBadan Ketahanan PanganBadan Ketahanan Pangan, 2019. Statistik Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponicsBosmaH RoelBosma, Roel H,et al. 2017. The financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponics. Aquaculture Engineering. Volume 76 part B. sebaran komoditas bawang merahInagriInagri, 2017. Peta sebaran komoditas bawang Diakses 21 September Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten BrebesTjetjep NurasaDarwisValerianaNurasa, Tjetjep, Darwis, Valeriana. 2007. Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal akta Agrosia Vol. 10 hlm 40 bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 OktoberOtoritas Jasa KeuanganOtoritas Jasa Keuangan. 2019. Suku bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 Oktober budidaya bawang merah di Pekarangan dan PerkebunanRahmat RukmanaRukmana,Rahmat, Yudirachman, H. 2018. Sukses budidaya bawang merah di Pekarangan dan Perkebunan. Andi Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera UtaraAsma SembiringSembiring, Asma, dkk. 2018. Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultua Vol. 28 No. 2, Desember 2018 289-298.
ttg budidaya pertanian singkong 7. talas 8. ubijalar f. tanaman sayuran 1. bawang bombay 2. bawang daun 3. bawang merah. ttg BAB 11 TEKNIK BUDIDAYA HIDROPONIK 509 BAB 12 PERTANIAN ORGANIK 535 DAFTAR Budidaya Kentang Hidroponik, Analisa Usaha Tani Budidaya Kentang, Budidaya Tanaman Pertanian, Jurnal
Saat ini peluang usaha budidaya bawang merah semakin menguntungkan. Harga jual bawang merah memang cukup stabil dibandingkan harga cabai. Bawang merah menjadi jenis tanaman holtikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi. Bawang merah hampir tak pernah dilewatkan untuk bumbu masakan. Mulai dari ibu rumah tangga, pengusaha makanan hingga pengusaha kuliner membutuhkan bawang merah. Membudidayakan bawang merah menjadi celah bisnis yang menguntungkan. Terlebih di jaman modern ini budidaya bawang merah tengah banyak mengalami kemajuan. Banyak petani yang memanfaatkan teknologi modern, sehingga hasil panen bawang merah melimpah. Memang di masa panen yang bebarengan menjadikan stok bawang merah di pasaran meningkat. Sehingga penanaman bawang merah perlu dilakukan di luas masa panen umumnya. Sehingga budidaya bawang merah akan semakin menguntungkan dengan hasil yang di dapat. Jika Anda tertarik dengan bisnis budidaya bawang merah maka bisa menyimak ulasannya di bawah ini Memulai bisnis budidaya bawang merah Bisnis pertanian memang menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah mati. Begitupun dengan bisnis budidaya bawang merah yang menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan. Untuk memulai bisnis budidaya bawang merah ini tidak sulit. Bisa di mulai dengan mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat memulai bisnis budidaya bawang merah di rumah. Pelaku bisnis budidaya bawang merah Bisnis budidaya bawang merah ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua orang. Anda yang kini bingung mencari pilihan bisnis yang tepat. Dengan kemauan dan minat yang tinggi maka bisnis budidaya bawang merah ini dapat Anda jalankan dengan mudah. Konsumen bisnis budidaya bawang merah Konsumen budidaya bawang merah memang tidaklah sulit, konsumen budidaya bawang merah cukup besar mulai dari konsumsi rumah tangga hingga berbagai usaha kuliner. Peralatan bisnis budidaya bawang merah Dalam bisnis budidaya bawang merah membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya sewa lahan, pompa air, golok, cangkul, wadah, gerobak dorong, sabit, timba. Dengan adanya peralatan tersebut maka bisnis budidaya bawang merah makin maksimal. Juga butuh bibit bawang merah, pestisida, pupuk, dan karung. Lokasi strategis dalam berjualan budidaya bawang merah Dalam berjualan budidaya bawang merah, Anda bisa memasarkannya dengan cara menjualnya ke pasar, rumah makan, restoran atau hotel. Juga dapat memasarkannya ke swalayan atau supermarket. Karyawan bisnis budidaya bawang merah Karyawan dalam menjalankan bisnis budidaya bawang merah bisa menggunakan satu orang dahulu dalam permulaan. Harga jual budidaya bawang merah Patokan harga untuk budidaya bawang merah dapat Anda buat dalam hitungan per kg dimana harga mulai Rp hingga Rp Ini tergantung dari harga bawang merah yang ada di pasaran. Keuntungan dalam menjalankan bisnis budidaya bawang merah Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis budidaya bawang merah ini yakni merupakan bisnis pertanian yang paling banyak dicari orang karena bawang merah banyak dibutuhkan. Kekurangan bisnis budidaya bawang merah Segi kekurangan bisnis budidaya bawang merah ialah budidaya bawang merah memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan ketat. Analisa bisnis budidaya bawang merah Investasi Peralatan Harga sewa lahan Rp. pompa air Rp. bibit bawang merah Rp. golok Rp. cangkul Rp. wadah Rp. gerobak dorong Rp. sabit Rp. timba Rp. Peralatan tambahan yang lainnya Rp. Jumlah Investasi Rp. Biaya Operasional per Bulan Biaya Tetap Nilai Penyusutan sewa lahan 1/12 x Rp. Rp. Penyusutan pompa air 1/62 x Rp Rp. Penyusutan bibit bawang merah 1/44 x Rp Rp. Penyusutan golok 1/62 x Rp. Rp. Penyusutan cangkul 1/44 x Rp. Rp. Penyusutan wadah 1/44 x Rp. Rp. Penyusutan gerobak dorong 1/62 x Rp Rp. Penyusutan sabit 1/62 x Rp Rp. Penyusutan timba 1/44 x Rp. Rp. Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp. Rp. upah pekerja Rp. Total Biaya Tetap Rp. Biaya Variabel pestisida Rp. x 30 = Rp. pupuk Rp. x 30 = Rp. karung Rp. x 30 = Rp. bahan lainnya Rp. x 30 = Rp. Biaya transportasi Rp. x 30 = Rp. pengemas Rp. x 30 = Rp. BBM Rp. x 30 = Rp. Total Biaya Variabel Rp. Total Biaya Operasional Biaya tetap + biaya variabel = Rp. Pendapatan per Bulan 21 kg x Rp. = Rp. Rp. x 30 hr = Rp. Keuntungan per Bulan Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional Rp. – = Rp. Lama Balik Modal Total Investasi / Keuntungan = Rp. = 3 bln Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya bawang merah sangat menguntungkan dimana modal Rp dengan kentungan per bulan Rp dan balik modal dalam 2 bulan. Bisnis budidaya bawang merah ini tidak dapat berjalan maksimal jika tidak menggunakan mesin pengolah pupuk kompos dalam pengolahannya. Pemakaian dari mesin pengolah pupuk kompos dibutuhkan agar proses pemupukan dalam budidaya bawang merah berjalan lancar dan efektif. Kinerja mesin pengolah pupuk kompos yakni merajang bahan pupuk kompos yang alami dengan langkah mudah. Tampilan mesin pengolah pupuk kompos sangat modern dimana kinerjanya sangat handal dan berjalan begitu cepat. Membuat pupuk untuk budidaya bawang merah semakin mudah dan praktis dengan hadirnya mesin pengolah pupuk kompos. Dibandingkan cara pembuatan pupuk secara manual memang menggunakan mesin pengolah pupuk kompos tampil unggul juga sangat efektif. Mesin untuk membuat pupuk dalam budidaya bawang merah dengan hasil yang memuaskan dapat Anda miliki langsung lewat Toko Mesin Maksindo. Mesin pengolah pupuk kompos dari maksindo tersedia dari kapasitas kecil hingga besar. Demikian tadi ulasan peluang usaha budidaya bawang merah dan analisa bisnisnya yang bisa dijadikan referensi memulai bisnis budidaya bawang merah tersebut. Tertarik mencoba bisnis budidaya bawang merah ? Bisnis budidaya bawang merah menjadi pilihan bisnis sangat menjanjikan. Dalam menjalankan bisnis budidaya bawang merah jangan lupa untuk menggunakan mesin pengolah pupuk kompos agar bisnis berjalan lancar juga maksimal. Semoga informasi mengenai peluang dari bisnis budidaya bawang merah tersebut dapat bermanfaat
Caranyagampang saja, ambil bawang merah didapur. kalo mau yang kualita bagus bisa beli benih di toko pertanian, namun untuk skala hobi bisa ambil di dapur saja.. Ambil 1 siung bawah merah, bersihkan dan tancapkan di media tanam pada botol aqua seperti diatas. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Sumber : www.sayuranhidroponik.blogspot.com
Traditional cultivation of shallot is subject to uncertainty both in productivity and price. This seasonal situation was primarily due to climatic factors. Hydroponics cultivation offers a potential solution to that problem because hydroponics was not dependant to climate. Therefore, production can be maintained throughout a year around. This research aims to design hydroponics system for shallot cultivation, to simulate cost analysis, and to estimate profit. The research was conducted by constructing a hydroponics module with dimension as the following 100 cm high, 3 m long and 60 cm wide. Growth medium made from rice hush char as deep as 15 cm was used in the module. 114 cloves of shallot were nursed, and transplanted to the bed after shoots developed about 5 cm, with 10x15 cm spacing. Parameters observed in this study included pH, EC, moisture content, and plant growth. In addition, three scenarios of the hydroponics systems were simulated to elaborate cost and profit estimation. The three scenarios included scaling up the cultivation beds, ten year cultivation, and productivity from three types of hydroponics modules. The results showed that during hydroponics cultivation of shallot, EC of nutrient solution was elevated to the last level of 3106 μS/cm, while pH was found to be The yield of the shallot was kg/m2 with average tuber diameter of 10-15 mm. This production was suboptimal, yet profit and cost comparisons could be clearly described through the simulations of three types of hydroponics modules. Keywords cost and profit analysis, hydroponics cultivation, nutrition solution, shallot Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Mareli TelaumbanuaDi daerah tropis, pertumbuhan tanaman cabai dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim seperti suhu, nutrisi, dan cahaya. Suhu, unsur hara, dan kelengasan tanah yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman, mampu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan oleh terganggunya produksi enzim dan pembentukan hormon untuk membantu pembentukan jaringan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman cabai, ditunjukkan melalui rendahnya pertumbuhan luas permukaan daun dan tinggi tanaman, saat dibandingkan tanaman yang berada pada suhu ideal. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang maksimal, dibutuhkan sistem kontrol yang mampu mengendalikan suhu, kelengasan tanah, dan hama saat tanaman cabai dibudidayakan. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah merancang suatu sistem pengendalian yang mampu mengendalikan iklim mikro, pemupukan dan pengendalian hama untuk pertumbuhan tanaman cabai. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah perancangan sensor suhu lingkungan dan sensor kelengasan tanah. Mikrokontroler menghubungkan sensor dengan aktuator pompa air dan pompa irigasi melalui modul relay dan transistor TIP122. Keakuratan sensor suhu DHT 22 dan sensor kelengasan tanah dihitung berdasarkan pendekatan nilai koefisien determinasi dan total error masing-masing sensor. Kinerja aktuator dalam perancangan ini, meliputi kecepatan respon dan durasi waktu kerja. Uji kinerja dilakukan sebanyak 3 kali percobaan tanpa menggunakan tanaman cabai. Koefisien determinasi R² sensor suhu 1, sensor suhu 2 dan sensor suhu 3 berturut-turut adalah 0,999, 0,999, dan 0,999. Total error dari ketiga sensor tersebut berturut-turut adalah -0,071 ºC, -0,085 ºC, dan 0,014 ºC. Koefisien determinasi R² sensor kelengasan 1, sensor kelengasan 2, dan sensor kelengasan 3 adalah 0,888, 0,8401, dan 0,8963. Total rerata error untuk ketiga jenis sensor kelengasan ini adalah -0,2204 % , -0,0952 % dan -2,8049 %.p>Rice is the food crop with the harvested area and production of the highest among other food crops in Karanganyar Regency. From year to year, its harvested area, production, and productivity tend to increase. These increments showed that rice farming is still in demand by farmers. This study aims to analyze the cost, revenue, and efficiency of rice farming in this regency. The study was conducted in 4 districts; Gondangrejo, Karanganyar, Jaten, and Jatipura. From each district were taken two villages. In total, there were 159 farm households sampled randomly. In average, the revenue of rice farming in Karanganyar is Rp14,429, with yearly costs of Rp7,142, The average annual income therefore reaches Rp7,286, The value of rice farming efficiency is indicating that rice farming in Karanganyar is worth the effort.
Penerapanteknologi hidroponik sistem deep flow technique sebagai usaha peningkatan pendapatan petani di Desa Sungai Bawang August 2018 DOI: 10.31258/raje.1.1.3Tingkat risiko produksi dalam budidaya bawang merah akan mempengaruhi keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya dan keputusannya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam produksi bawang merah dan perilaku petani terhadapnya, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam produksi bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kepustakaan dengan menggunakan sumber kepustakaan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik kesimpulan tentang tingkat risiko produksi yang tinggi pada budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dalam produksi bawang merah antara lain pupuk urea dan ZA, hama dan penyakit. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free *Corresponding Author Hal 33-42 Email ISSN Online 2774-7212 Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah I Made Windu Yasa, *I Gusti Agung Ari Bawarta, Gede Mekse Korri Arisena Magister Agribisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia DOI ABSTRAK Tingkat risiko produksi dalam budidaya bawang merah akan mempengaruhi keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya dan keputusannya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam produksi bawang merah dan perilaku petani terhadapnya, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam produksi bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kepustakaan dengan menggunakan sumber kepustakaan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik kesimpulan tentang tingkat risiko produksi yang tinggi pada budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dalam produksi bawang merah antara lain pupuk urea dan ZA, hama dan penyakit. Kata Kunci Bawang Merah, Komoditi, Produksi, Risiko, Usahatani. ABSTRACT The level of production risk in growing shallots will affect the decisions farmers make, especially about how much they will grow and what kinds of plants they will grow next. This study aims to determine the level of risk in the production of shallots and the behavior of farmers towards it, as well as to determine the factors that influence the level of risk in the production of shallots. The method used in this research is a literature survey using library sources to collect research data. The resulting data is then collected and analyzed to draw conclusions about the high level of production risk in shallot cultivation. The results showed that urea and ZA fertilizers, pests, and diseases are all things that can hurt the growth of shallots. Keywords Shallots, Commodity, Production, Risk, Farming. PENDAHULUAN Bawang merah merupakan komoditas strategis karena diharapkan untuk konsumsi keluarga selain untuk industri makanan. Untuk rumah tangga, bawang merah digunakan sebagai bumbu masakan. Selain untuk taburan masakan, industri pangan membutuhkan bawang merah untuk diolah menjadi bumbu masak siap pakai, untuk taburan lauk pauk, serta berbagai bumbu masakan Kemendag RI 2020. This is an open access article under the CC-BY 34 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Data dari Statistik Tanaman Hortikultura 2019 Badan Pusat Statistik, enam provinsi yang merupakan Negara penghasil bawang merah terbesar di Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dalam urutan bawang merah terbesar. Keenam provinsi tersebut menyumbang 93,38% dari total produksi bawang merah kering nasional yang mencapai 1,6 juta ton. Jawa Tengah merupakan penghasil bawang merah terbesar Pengalaman bertahun-tahun dalam budidaya pertanian yang dimiliki petani, tidak selalu menjadikan petani Mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang sesuai. Bahkan dengan paket teknologi, musim , dan medan yang sama pada berbagai produksi. Pada dasarnya hasil yang diperoleh merupakan hasil kerja dari banyak faktor, baik yang dapat dikendalikan maupun yang bersifat internal atau yang tidak dapat dikendalikan atau bersifat eksternal Astuti dkk. 2019. Faktor eksternal yang paling sering dihadapi petani adalah ketidakpastian harga, dimana petani dalam kondisi ini hanya sebagai price taker. Fluktuasi harga komoditas pertanian sangat sering terjadi yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah permintaan konsumen, panjangnya rantai pemasaran serta spekulasi pedagang yang cenderung ingin memperoleh keuntungan tinggi. Berbagai macam risiko usahatani dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko institusi, risiko manusia dan risiko keuangan Pusdatin 2019. Petani bawang merah di sawah dataran rendah kebanyakan adalah petani kecil hingga menengah. Perilaku petani dalam melakukan kegiatan pertanian sangat bergantung pada perilaku mereka dalam menghadapi risiko dan strategi mereka dalam menghadapi risiko, baik risiko produksi maupun risiko harga komoditas yang dihasilkan Arya dkk. 2015. Tingkat penerimaan petani terhadap risiko dalam kegiatan usaha tani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan mitigasi risiko tersebut. Identifikasi jenis-jenis risiko yang kemungkinan terjadi dalam kegiatan usahatani mempengaruhi tingkat kesiapan petani dalam menghadapinya, dengan berbekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman panjang dalam kegiatan usaha tani yang sama. Dalam penelitian Arya dkk. 2015 menyatakan bahwa sebagian besar petani sudah memperhitungkan risiko produksi dan risiko harga sebagai bagian dari kegiatan usahatani yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kerugian dan tidak hanya sebagai penyimpangan hasil usahatani. Petani memiliki persepsi bahwa Tingkat resiko produksi budidaya bawang merah tinggi dan hal ini dimungkinkan karena kurangnya penguasaan teknik produksi. Beberapa petani juga menganggap risiko harga budidaya bawang merah tinggi. Hal ini dikarenakan harga bahan baku yang fluktuatif atau fluktuatif karena merupakan faktor eksternal yang berada di luar kendali petani. Astuti dkk. 2019 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat risiko produksi usahatani bawang merah pada musim hujan lebih rendah dibandingkan pada musim kemarau. Hal ini bertolak belakang dengan risiko produksi usahatani bawang merah yang dihadapi petani yang lebih tinggi pada musim hujan dikarenakan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Dari data penelitian, hal ini dapat disebabkan oleh kesiapan petani dalam mencegah risiko produksi yang akan terjadi pada saat musim hujan dengan penggunaan input yang lebih banyak dan penerapan teknologi pertanian yang baik sehingga diharapkan dapat menstabilkan produksi bawang merah. 35 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Risiko produksi dan pendapatan yang dihadapi petani bawang merah termasuk dalam kategori tinggi. Semakin tinggi risiko bagi petani, semakin tinggi pendapatannya. Perubahan iklim dan cuaca yang menyebabkan kelangkaan air dan penyebaran hama seperti larva bawang merah dan layu Fusarium merupakan beberapa risiko yang dihadapi petani bawang merah dalam kegiatan pertaniannya. Petani bawang merah melakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko yang dihadapinya, antara lain dengan menerapkan pola usahatani campuran pada satu hamparan yang Menggabungkan padi, palawija dan sayur-sayuran dalam satu areal yang sama, menanam padi, palawija dan sayur-sayuran di areal kecil yang berbeda, penyemprotan dan pemupukan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Melakukan pemilahan dan penjemuran umbi bawang merah yang dihasilkan. Umbi bawang merah berkualitas baik selanjutnya dipisahkan dengan umbi busuk dan muda dengan melakukan sortasi dan grading Nailufar dkk. 2019. Kegiatan usahatani selalu menimbulkan risiko yang harus dihadapi oleh petani. Tinggi rendahnya tingkat risiko yang ada khususnya risiko produksi dalam kegiatan budidaya bawang merah akan sangat berpengaruh terhadap keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya, dan akan mempengaruhi keputusan petani untuk memilih jenis komoditas yang akan diusahakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko produksi budidaya bawang merah dan perilaku petani dalam menghadapinya, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai refleksi untuk mengurangi tingkat resiko dalam produksi bawang merah. METODE PENELITIAN Studi ini dilaksanakan mulai dari bulan April hingga Mei 2022 melalui tahapan kajian pustaka. Kajian ini dilakukan dengan melakuan kajian terhadap 20 dua puluh hasil penelitian sebelumnya yang dipublikasikan antara tahun 2006 sampai 2021 di jurnal yang membahas tentang analisis risiko usahatani bawang merah di Indonesia yang digunakan sebagai acuan dan tidak mengumpulkan data secara langsung. Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai bahan penelitian yang berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya, disajikan secara kuantitatif dan kualitatif Harlina dkk. 2018. Data sekunder adalah data yang sudah diperoleh berupa data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau studi literatur. Menurut Zed 2008, dalam studi pustaka, pengumpulan pustaka tidak hanya sebagai langkah awal dalam menyiapkan kerangka penelitian namun juga memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian. Data-data yang diperoleh kemudian dikompilasi, dianalisa dengan baik untuk mendapatkan kesimpulan tentang risiko produksi dalam usahatani bawang merah. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah dan Perilaku Petani Adetya 2021 menyatakan bahwa petani dalam membuat suatu keputusan cenderung menghindari risiko yang disebabkan oleh kehidupan petani di pedesaan selalu berhadapan dengan ketidakpastian tentang cuaca dan adanya tuntutan dari luar. Berusaha menghindari kegagalan yang dapat menurunkan kesejahteraanya merupakan karakter asli 36 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah yang dimiliki oleh petani tanpa adanya kemauan untuk menghadapi risiko untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Analisis risiko produksi dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko yang ditimbulkan dalam produksi petani dalam kegiatan pertanian dengan memeriksa koefisien variasi CV. Koefisien variasi CV adalah ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko relatif dengan membandingkan standar deviasi dengan nilai yang diharapkan Adetya, 2021. Berdasarkan hasil penelitian Adetya 2021 di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur mengemukakan bahwa tingkat risiko produksi budidaya bawang merah di Kabupaten Sampang cenderung rendah yang dikarenakan petani lokal menentukan waktu yang tepat untuk penanaman bawang merah yaitu sekitar bulan April atau Mei. Zul Mazwan dkk. 2020 yang melakukan penelitian di Kota Malang, Jawa timur juga menyatakan hal yang sama, dikarenakan petani lebih memilih menanam komoditas bawang merah hanya pada musim kemarau dimana Serangan hama dan penyakit tidak separah pada musim hujan, sehingga risikonya jauh lebih rendah. Ghozali & Wibowo 2019, dalam penelitiannya di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menemukan bahwa produksi tanaman bawang merah berisiko tinggi, terutama bila ditanam pada musim hujan off-season, tinggi, dan penggunaan pestisida cair. juga meningkat pesat, berdampak pada biaya produksi. Sejalan dengan penelitian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Pasaribu 2017, kami juga menemukan bahwa budidaya bawang merah di luar musim memiliki risiko produksi yang tinggi. Hasil penelitian dari Nailufar dkk. 2019 di Kabupaten Serang, Jawa Tengah juga menyatakan tingkat resiko produksi dalam usahatani bawang merah termasuk dalam kategori tinggi. Semakin tinggi risiko dalam produksi pertanian, semakin tinggi risiko pendapatan bagi petani. Konsisten dengan apa yang dilaporkan Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di Kota Batu, Jawa Timur, risiko budidaya bawang merah relatif tinggi. Tabel 1 Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Beberapa Lokasi Penelitian Sumber Data Diolah 2022 37 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Putri dkk. 2018 Sebuah studi yang dilakukan di desa Songan Kabupaten Bangli menemukan bahwa produksi budidaya bawang merah berisiko tinggi. Termasuk risiko tinggi karena dipengaruhi oleh ketinggian lahan dimana pada daerah atas atau lebih tinggi memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan daerah yang lokasinya lebih dibawah. Hal ini dikarenakan kelembaban udara dan curah hujan lebih tinggi pada daerah bawah yang juga mempengaruhi pertumbuhan bawang merah. Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa risiko pendapatan merupakan risiko tertinggi dalam budidaya bawang merah. Tingginya risiko pendapatan sangat dipengaruhi oleh tingginya risiko Mengingat adanya kekhawatiran penurunan produksi akibat serangan hama, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan seperti penyemprotan pestisida dan pemberian bahan kimia. Pendapatan usahatani bawang merah yang relatif tinggi di kota Medan memiliki kecenderungan risiko produksi yang relatif tinggi. Tingginya risiko produksi budidaya bawang merah juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arya dkk. 2015 di Kabupaten Buleleng, Bali. Sebagai produk dengan nilai ekonomi tinggi dan risiko produksi tinggi juga cenderung tinggi diperlukan adanya strategi manajemen risiko mulai dari perencanaan usahatani seperti penentuan pola tanam, saat kegiatan budidaya dilakukan seperti pemakaian input yang berlebih dan setelah usahatani selesai atau panen yang meliputi kegiatan mempertahankan keberlanjutan usahatani setelah mengalami kegagalan seperti melakukan peminjaman dana dan pejualan aset serta penggunaan pendapatan sumber lainnya. Lawalata 2017 dalam penelitiannya di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa tingginya risiko produksi usahatani bawang merah menyebabkan petani berhati-hati dalam melakukannya sehingga mereka melakukan pola tumpang sari antara bawang merah dan cabai dengan tujuan mengurangi risiko yang ada. Perilaku petani dalam kegiatan usahatani sangat tergantung pada risiko yang dihadapi dan strategi mereka dalam menghadapi risiko yang ada baik risiko produksi maupun risiko harga output Arya dkk. 2015. Sikap petani terhadap risiko dalam pertanian dapat dibedakan menjadi kelompok petani yang penghindar risiko risk averse, petani netral risk neutral dan petani yang berani mengambil risiko risk enthusiast. Tabel 2 menunjukkan tanggapan petani terhadap risiko produksi tanaman bawang merah di beberapa daerah penelitian. Budiningsih & Pujiharto 2006 dalam penelitiannya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah menyatakan petani cenderung bersikap netral yang kemungkinan disebabkan oleh persepsi petani terhadap risiko dalam usahatani sudah merupakan hal biasa dan pasti terjadi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmania Fajri & Fauziyah 2019 di Desa Pojanan Barat, Kabupaten Pamekasan yang menjelaskan bahwa perilaku petani terhadap risiko produksi dalam usahatani bawang merah juga cenderung bersikap netral yang artinya petani akan tetap membudidayakan bawang merah tidak terpengaruh oleh tingkat risiko yang ada dan memandang risiko sebuah hal biasa terjadi terlebih dalam kegiatan usahatani. 38 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Tabel 2 Berbagai Perilaku Petani terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Beberapa Lokasi Penelitian Sumber Data Diolah 2022 Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa petani rata-rata bersifat Risk Averter menghindari risiko. Kegagalan produksi akan mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan komoditas yang akan dibudidayakan selanjutnya. Sejalan dengan penelitian Putra dkk. 2020, di Desa Sajen, Kabupaten Mojokerto Petani bawang merah juga cenderung menghindari risiko risk aversion. Perilaku Petani dalam Budidaya Bawang Merah yang cenderung menghindari risiko juga disampaikan oleh Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Petani di Kota Medan masih banyak yang enggan melakukan usaha tani bawang merah karena takut mengalami kegagalan produksi akibat serangan hama dan penyakit yang tidak dapat diprediksi. Sejalan dengan penelitian Lawalata 2017 yang dilakukan di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah yang manyatakan bahwa petani di Kabupaten Bantul kebanyakan bersikap menolak atau menghindari risiko sehingga untuk mengurangi Risiko produksi tanaman bawang merah ditimbulkan oleh sistem budidaya bawang merah dan cabai campur. Tidak semua petani di wilayah studi netral atau risk-averse produksi dalam budidaya bawang merah. Di beberapa daerah, petani lebih berani mengambil risiko Risk Lover. Widyantara & Yasa 2013 melakukan penelitian di Desa Buahan, Kabupaten Bangli menyatakan bahwa meskipun kegiatan usaha tani bawang merah pada musim kemarau di daerah penelitian memiliki risiko Lebih besar dari musim hujan, petani masih berani mengambil risiko dengan selalu menanam bawang merah di musim hujan dan kemarau. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ester 2017 di Kabupaten solok, Provinsi Sumatera barat yang manyatakan bahwa petani cenderung berani menghadapi risiko karena mereka telah memahami bahwa dalam melakukan usaha tani pasti memiliki risiko dan untuk menghadapi risiko, petani melakukan strategi preventif dan mitigasi seperti pengaturan pola tanam, penggunaan mulsa, pananaman varietas bibit berbeda dan sebagainya. 39 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Risiko Usahatani Bawang Merah Kegiatan Pertanian sangat Rentan terhadap Serangan Hama dan Penyakit Kegiatan usahatani sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang merugikan petani. Risiko ketidakpastian yang cukup tinggi seperti kegagalan panen pada komoditas bawang merah dapat mendorong petani untuk beralih ke komoditas lain untuk dibudidayakan khususnya komoditas yang bernilai ekonomis tinggi namun dengan risiko produksi yang rendah. Sumber faktor risiko produksi bawang merah di beberapa daerah penelitian yang diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Anda bisa melihatnya di Tabel 3. Putra dkk. 2020 dalam penelitiannya di Kabupaten Mojokerto menyatakan Ada dua variabel yang mempengaruhi risiko dalam produksi bawang merah yaitu pupuk urea dan ZA karena memiliki nilai probabilitas yang jauh di bawah probabilitas. Penggunaan urea yang berlebihan akan merusak tanah dan mengganggu keseimbangan unsur hara yang akan mempengaruhi kualitas tanah. Lawalata 2017 yang melakukan penelitian di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah yang manyatakan bahwa serangan hama dan faktor cuaca yang tidak menentu merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi risiko. Penggunaan pestisida dan obat-obatan banyak digunakan untuk mengurangi risiko produksi dalam budidaya bawang merah. Tabel 3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada beberapa Lokasi Penelitian Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Sumber Data Diolah 2022 40 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghozali & Wibowo 2019 di Kabupaten Nganjuk, Nailufar dkk. 2019 dalam penelitiannya di Kabupaten Serang, Putri dkk. 2018 dalam penelitiannya di Desa Songan Kabupaten Bangli, Nurul Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Rahmania Fajri & Fauziyah 2019 dalam penelitiannya di Desa Pojanan Barat Kabupaten Pamekasan serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Ester 2017 di Kabupaten solok Provinsi Sumatera barat, semuanya menyatakan bahwa serangan Hama serta kondisi cuaca sangat mempengaruhi tingkat resiko dalam produksi bawang merah, sehingga penggunaan pestisida sangat tinggi. Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di kota Batu, Provinsi Jawa Timur, menyampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah adalah Infestasi hama dan penyakit. Berdasarkan dari penelitian Arya dkk. 2015 di Kabupaten Buleleng dan penelitian di kota Malang Zul Mazwan dkk. 2020 faktor utama dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit. Pemakaian pestisida dan obat-obatan berlebih untuk menangani serangan hama penyakit tersebut dikhawatirkan berdampak pada kesehatan petani dan kerusakan lingkungan sekitar dalam waktu panjang. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1 Risiko produksi budidaya bawang merah tidak sama di semua wilayah, namun sebagian besar wilayah termasuk dalam kategori risiko produksi tinggi dan hanya beberapa wilayah yang termasuk dalam kategori risiko produksi rendah. mempertaruhkan. 2 Perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi dalam budidaya bawang merah sangat bergantung pada persepsi risiko dan pengalaman petani dalam budidaya bawang merah. Sebagian besar kelompok petani bersikap menghindari risiko Risk Averter, beberapa kelompok petani berani menerima risiko Risk Lover dan sebagian kecil bersikap netral terhadap risiko Risk Neutral. 3 Hama dan penyakit, serta kondisi cuaca/iklim merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah. Adapun saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah 1 Bagi petani, harus memahami terlebih dahulu risiko produksi yang berpotensi muncul pada saat ingin membudidayakan suatu komoditas seperti bawang merah, sehingga memiliki persepsi terhadap risiko tersebut dan mampu melakukan pengendalian pada saat risiko tersebut muncul. 2 Bagi petani, sebaiknya melakukan mitigasi dan identifikasi risiko produksi yang sering dan berpotensi muncul di daerahnya masing-masing sehingga dapat melakukan pengendalian lebih awal seperti melakukan pola tanam, penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk organik serta pestisida nabati/ hayati dalam pemberantasan hama. 3 Guna mengurangi dampak kerusakan lingkungan dan ketahanan tanaman daun bawang terhadap hama/penyakit, petani dihimbau untuk menggunakan pestisida dan formulasinya sesuai dengan dosis yang dianjurkan. 4 Untuk studi lebih lanjut, beberapa hasil saat ini untuk analisis risiko pendapatan tanaman bawang merah dapat diperiksa dengan menggunakan metode tinjauan literatur. 41 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah DAFTAR PUSTAKA Adetya, A. 2021. Analisis Produksi, Pendapatan dan Risiko Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Agriscience, 25, 17–31. Astuti, L. T. W., Daryanto, A., Syaukat, Y., & Daryanto, H. K. 2019. Analisis Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten Brebes. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 34, 840–852. Budiningsih, S., & Pujiharto. 2006. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Agritech, 81, 127–143. Ester, M. W. 2017. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Allium Ascalonium L. Di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Skripsi. Universitas Andalas. Ghozali, M. R., & Wibowo, R. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 32, 294–310. Kemendag RI. 2020. Profil Komoditas Bawang Merah. Kementerian Perdagangan, 1–38. Lawalata, M. 2017. Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul. Jurnal Agrica, 102, 56. Mutisari, R., & Meitasari, D. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Kota Batu. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 33, 655–662. Nailufar, S. F., Anggraeni, D., Sari, R. M. 2019. Analisis Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Ilmu Pertanian Tirtayasa, 11, 22–36. Nurul Nadhilah. 2019. Analisis Risiko Produksi , Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var . Ascalonicum Kasus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. 1–85. Pasaribu, S. M. 2017. Risiko Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor, 206–224. 42 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Pusdatin. 2019. Outlook Bawang Merah Komoditas Pertanian Subsektor Holtikultura. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 1–71. Putra, Y. H., Dwi Susilowati, & Farida Syakir. 2020. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 82, 49–58. Putri, A., Dewi, R. K., & Yudhari, I. D. A. S. 2018. Analisis Risiko Produksi Bawang Merah di Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 73, 392. Rahmania Fajri, S., & Fauziyah, E. 2019. Keterkaitan Efisiensi Teknis dan Perilaku Risiko Petani Usahatani Bawang Merah Varietas Manjung. Jurnal Hortikultura Indonesia, 93, 188–196. Widyantara, W., & Yasa, N. 2013. Iklim Sangat Berpengaruh terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Allium Ascalonicum L. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata, 21, 32–37. Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Zul Mazwan, M., Tarik Ibrahim, J., & A M Fadlan, W. 2020. Risk Analysis of Shallot Farming in Malang Regency, Indonesia. Agricultural Social Economic Journal, 203, 201–206. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Produksi, Pendapatan danA AdetyaAdetya, A. 2021. Analisis Produksi, Pendapatan dan Risiko Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Agriscience, 25, Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten BrebesL T W AstutiA DaryantoY SyaukatH K DaryantoAstuti, L. T. W., Daryanto, A., Syaukat, Y., & Daryanto, H. K. 2019. Analisis Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten Brebes. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 34, 840-852. Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten BrebesS BudiningsihPujihartoBudiningsih, S., & Pujiharto. 2006. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Agritech, 81, Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten NganjukM R GhozaliR WibowoGhozali, M. R., & Wibowo, R. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 32, 294-310. I KemendagKemendag RI. 2020. Profil Komoditas Bawang Merah. Kementerian Perdagangan, Usahatani Bawang Merah di Kabupaten BantulM LawalataLawalata, M. 2017. Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul. Jurnal Agrica, 102, 56. Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten SerangS F NailufarD AnggraeniR M SariNailufar, S. F., Anggraeni, D., Sari, R. M. 2019. Analisis Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Ilmu Pertanian Tirtayasa, 11, Risiko Produksi , Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var . Ascalonicum KasusNurul NadhilahNurul Nadhilah. 2019. Analisis Risiko Produksi, Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var. Ascalonicum Kasus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian BogorS M PasaribuPasaribu, S. M. 2017. Risiko Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor, 206-224.Hasilpenelitian dilapangan adalah: 1. Usaha bawang goreng milik Pak Sugeng Raharjo setiap harinya mengolah bawang merah, rata-rata 52 Kg, dengan biaya bahan baku rata-rata per hari RP. 173.763,4615. Dengan total bahan baku selama penelitian 1352 Kg. Dan biaya total selama penelitian Rp. 7.054.788,852.Bawang merah adalah tanaman asli indonesia. Tanaman ini merupakan jenis tanaman umbi umbian. Tepatnya umbi lapis. Bawang merah terdiri dari berbagai lapisan umbi yang saling melekat dan merah juga termasuk dalam kategori tanaman rempah rempah. Sebagai rempah rempah, bawang merah memiliki fungsi sebagai penambah cita rasa pada teknik penanaman sendiri, mayoritas petani masih menggunakan cara lama. Yaitu cara tradisional dengan menggunakan media tanah . dan bahkan sistem pengairannya tidak sedikit yang masih mengandalkan air 3 Inspirasi Cantik dari Produk PertanianAdakah media lain yang dapat digunakan sebagai media penanaman bawang merah?Bawang Merah Hidroponik dengan Media Kotak TelurJawabannya ada. Salah satunya adalah dengan media kotak telur. Bagaimana caranya? Mari simak penjelasan berikut iniPersiapan bibit dengan kualitas baik. Ciri cirinya yaitu tidak memiliki cacat, berukuran besar, dan sudah gelas plastik atau wadah lain lalu di isi air hingga agak lidi ditengah- tengah umbi bawang dan gantungkan bawang di atas gelas dengan mengaitkan ujung lidi pada mulut bagian akar bawang merah terendam air namun jangan sampai seluruh bagian umbi terendam. Cukup bagian akarnya media pembibitan di tempat yang hingga muncul tunas sekitar 2 hingga 5 cm . dan bibit siap untuk tanamSiapkan cairan nutrisi hidroponik atau pupuk cair kemudian campurkan dengan air yang sudah di campur dengan tumbukan bawang campuran cairan tersebut pada media kotak telur agar merangsang pertumbuhan akar bawang merah dan mempermudah bawang merah untuk 5 hingga 6 buah kotak telur menjadi satu serta pastisak kotak telur tidak terbuat dari plastik dan kondisinya masih tumpukan kotak telur tersebut dengan cairan yang telah kita campur tadi. Usahakan semua lapisan terendam .Angkatlah kotak telur dari rendaman. Diamkan sehingga tidak ada cairan tergenang pada permukaan kotak telur namun masih dalam kondisi sekan, tanah yang memiliki tekstur gembur, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 11 cekungan kotak telur dengan campuran sekam, tanah dan kompos bibit bawang merahSetelah media tanam siap, anda bisa mulai membuat lubang tanam pada media tanam menggunakan alat seperti sekop kecil ataupun dengan tangan itu, anda bisa mengambil bibit yang telah siap ditanam, sebelumnya pastikan anda telah melepaskan lidi yang menancap pada umbi bawang dan mencuci bibit dengan air bersih terlebih bibit siap, masukkan bibit pada lubang tanam dan tutupi lubangnya menggunakan tanah campuran yang sama. Jangan lupa untuk memadatkan tanah terlebih dahulu agat bibit dapat berdiri penyiraman pada 3 hari pertama setelah masa tanam, anda bisa menyiramnya dengan air biasa menggunakan media hari berikutnya akan lebih baik jika anda menyiramnya dengan cairan alternatif lain jkika anda tidak bisa menemukan cairan nutrisi yang tepat, anda bisa menyiram tanaman bawang menggunakan cairan teh, cairan kulit telur yang diblender dan air cucian cara menanam bawang merah dengan sistem hidroponik, keuntungannya selain menghemat lahan juga lebih mudah mengurusnya dan bisa dilakukan secara Berkebun! Cara Sederhana Mengatasi Baby Blues SindromPenulis RusdiSudah download aplikasi Pak Tani Digital? Klik di siniAnalisaPeluang Usaha Menanam Cabe Rawit Dalam Pot CARA MEMBUAT MINYAK KEMIRI; Cara Okulasi dengan Menempel Mata Tunas Tanaman Si Ciri Bibit Sapi Unggul dalam Usaha Penggemukan Ternak; Phalaenopsis Gigantea Si Anggrek Bulan Raksasa; Cara Membuat ZPT Bawang Merah sebagai Perangsang A Ini 10 Rahasia Peluang Bisnis RANCANGAN SISTEM HIDROPONIK BUDIDAYA BAWANG MERAH Allium Ascalonicum L. DAN SIMULASI ANALISIS BIAYARANCANGAN SISTEM HIDROPONIK BUDIDAYA BAWANG MERAH Allium Ascalonicum L. DAN SIMULASI ANALISIS BIAYATraditional cultivation of shallot is subject to uncertainty both in productivity and price. This seasonal situation was primarily due to climatic factors. Hydroponics cultivation offers a potential solution to that problem because hydroponics was not dependant to climate. Therefore, production can be maintained throughout a year around. This research aims to design hydroponics system for shallot cultivation, to simulate cost analysis, and to estimate profit. The research was conducted by constructing a hydroponics module with dimension as the following 100 cm high, 3 m long and 60 cm wide. Growth medium made from rice hush char as deep as 15 cm was used in the module. 114 cloves of shallot were nursed, and transplanted to the bed after shoots developed about 5 cm, with 10x15 cm spacing. Parameters observed in this study included pH, EC, moisture content, and plant growth. In addition, three scenarios of the hydroponics systems were simulated to elaborate cost and profit es...Adapunbeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya bawang merah diantaranya yaitu: Daftar Isi [ hide] 1 Segi Pemilihan Varietas. 1.1 Pemilihan Dan Pengolahan Lahan. 1.2 Tahap Penanaman. 1.3 Pemupukan Pupuk Dasar. 1.4 Pupuk Susulan. 1.5 Pengairan. 1.6 Penyiangan Perbaikan Bedengan Serta Parit.Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang menurut kami tidak akan pernah mati di Indonesia. Hal ini lantaran sayuran ini tergolong sebagai salah satu sayuran yang bisa memberikan aroma dan rasa yang khas pada masakan. Sehingga nyaris seluruh masyarakat di Indonesia menggunakan bawang merah untuk memasak makanan mereka. Tidak peduli lokasi mereka, apakah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, ataupun mereka yang tinggal di daerah timur seperti di Maluku ataupun Papua. Menariknya bawang merah tergolong sebagai salah satu tanaman yang bisa kamu tanam sendiri loh di rumah. Lebih jauh lagi bahkan kamu bisa menanam bawang secara hidroponik yang nantinya bisa kamu konsumsi sendiri, atau malah untuk kamu jual kembali. Ini dia cara menanam bawang merah hidroponik yang paling mudah! Baca juga Cara menanam bawang merah biasa Langkah pertama sebelum kamu mulai melakukan penanaman bawang merah secara hidroponik adalah dengan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Kami akan menjelaskan beberapa hal yang harus kamu pelajari dan persiapkan sebelum memulai. Khususnya bagi kamu yang pemula dan bahkan belum pernah bercocok tanam sama sekali, mempelajari tetek bengek bawang hidroponik dengan baik dan benar adalah mutlak harus dilakukan. Hal ini karena memang hidroponik memiliki tingkat kesulitan yang agaknya lebih tinggi dibandingkan bercocok tanam secara konvensional. Akan tetapi kalau sudah berjalan, biasanya sistem tanaman hidroponik lebih praktis dalam hal perawatan. Selain itu dengan mempelajari seluruhnya dengan baik dan benar, kami harapkan kamu bisa memecahkan berbagai masalah secara mandiri terlebih dahulu apabila nantinya kamu menemukan kesulitan. Ini dia beberapa persiapan di dalam menanam bawang hidroponik. Jenis bawang merah Langkah yang paling penting di dalam bercocok tanam adalah mempelajari jenis sayuran yang ingin kamu tanam. Hal ini karena masing-masing jenis bawang memiliki karakteristik dan persyaratan tumbuh yang berbeda-beda. Sehingga ketika kamu nantinya menanam salah satu jenis, kamu harus benar-benar menyesuaikan lingkungan tumbuh yang ideal bagi jenis tersebut dengan sistem hidroponik yang telah kamu bangun sebelumnya. Adapun jenis bawang merah yang lazim ditanam di Indonesia adalah sebagai berikut ini Bawang Merah Bima Brebes; bawang merah jenis ini tergolong sebagai salah satu jenis lokal yang sangat baik apabila kamu tanam di daerah dengan dataran tinggi. Ciri khas dari bawang jenis ini adalah daunnya yang berwarna hijau dengan lubang silindris, warna bawang merah muda dan umbinya cenderung lonjong. Adapun ukuran umbi bawang merah jenis ini diketahui tidak terlalu besar namun sangat produktif dimana setiap tanamannya bisa menghasilkan bahkan hingga 12 umbi. Adapun masa panen dari bawang jenis ini pun cukup singkat yakni sekitar 50 hingga 60 hari setelah tanam HST. Bawang Merah Kuning; bawang varietas kuning ini pun masih berasal dari Brebes yang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil bawang berkualitas. Salah satu ciri khas dari bawang merah varietas ini adalah umbinya yang berukurang cukup besar sehingga sangat disukai petani. Adapun masa panen dari bawang merah jenis ini adlah sekitar 70 hari setelah tanam HST. Meski demikian bawang jenis ini rentan terhadap penyakit jamur dan bercak ungu. Tapi untuk penanaman secara hidroponik tentunya menurunkan kemungkinan bawang ini terkena penyakit tersebut. Bawang Merah Maja Cipanas; bawang jenis ini merupakan salah satu jenis lokal dari daerah Cipanas yang memiliki ciri daun silindris hijau tua, namun memiliki umbi yang cukup gemuk dan gepeng. Jumlah anakan rata-rata 6 hingga 12 buah dari setiap tanamannya. Salah satu keunikan dari bawang jenis ini adalah dapat dipanen saat umur 60 hari setelah tanam HST, namun sangat mudah berbunga dan cenderung mudah untuk dirawat. Bawang Merah Mentes; nah kalau yang satu ini merupakan salah satu jenis bawang merah hasil klon dan persilangan antara dua jenis bawang merah unggul. Keunggulan yang dimiliki oleh bawang merah jenis ini adalah daya tahan penyimpanannya yang cukup lama yakni bisa mencapai 4 bulan. Adapun masa panen dari bawang merah jenis ini adalah sekitar 50 hari setelah tanam HST, dengan berat bawang per umbi yang bisa mencapai 10 gram. Bawang Merah Pancasena; tergolong sebagai salah satu jenis bawang merah unggulan hasil dari persilangan antara dua jenis bawang merah unggul lainnya. Ciri khas dari bawang merah ini adalah daunnya yang berwarna hijau tua dengan umbi yang bisa sangat besar. Dalam beberapa pertanian bahkan ada yang bisa membuat umbi dari bawang merah pancasena ini mencapai berat 30 gram loh! Keunggulan lain dari bawang merah jenis ini adalah masa panennya yang hanya sekitar 50 hari setelah tanam HST dengan masa penyimpanan yang juga bisa sangat lama, yakni mencapai 4 bulan setelah bawang merah ini dipanen. Bawang Merah Sembrani; merupakan salah satu jenis bawang merah hasil perkawinan silang antara bawang merah Thailand dengan bawang bombai. Keunggulan dari bawang jenis ini adalah masa panennya yang hanya 54 hari setelah tanam saja HST. Bawang Merah Trisula; Merupakan salah satu jenis bawang merah hasil dari persilangan antara dua jenis bawang merah unggulan. Salah satu ciri dari bawang jenis ini adalah sangat baik apabila di tanam di dataran tinggi. Daun dari bawang jenis ini hanya sekitar 4 hingga 5 helai saja per umbi dengan warna umbi yang merah tua. Adapun masa panen dari bawang merah jenis ini pun tergolong cukup singkat apabila dibandingkan dengan beberapa jenis bawang merah lainnya. Selain itu masa penyimpanan dari bawang merah jenis ini juga sangat lama yakni bisa mencapai 5 bulan setelah panen, dan produktivitasnya pun sangat tinggi. Tidak heran kalau bawang merah jenis ini tergolong sebagai salah satu jenis yang cukup disukai. Bawang Merah TSS Agrigorti 1; boleh dibilang bawang merah jenis ini tergolong sebagai salah satu yang paling unggul bila dibandingkan degnan bawang merah jenis lainnya. Alasannya adalah karena bawang merah jenis ini merupakan salah satu hasil pemurnian dari bawang merah varietas maja yang memiliki ciri bersari bebas. Ciri khas dari bawang merah jenis ini adalah dari satu rumpun kamu hanya bisa menghasilkan 1 hingga 2 umbi saja, dengan masa panen sekitar 66 hingga 68 hari setelah tanam HST. Bawang Merah Violetta 2 Agrihorti; untuk yang satau ini sih merupakan salah satu bawang merah hasil dari persilangan antara jenis Sembrani dengan jenis Kramat 1. Meski demikian jenis bawang merah yang satu ini memiliki kekurangan, diantaranya adalah masa panennya yang cukup lama yakni sekitar 80-90 hari setelah tanam HST. Tentu cukup jauh berbeda bila dibandingkan dengan jenis lainnya yang hanya butuh 50 hingga 60 hari setelah tanam HST saja. Bawang Merah Medan Samosir; dari namanya saja sudah bisa kamu ketahui kalau bawang merah jenis ini merupakan salah satu jenis yang cukup diunggulkan dari daerah Medan. Salah satu keunggulan dari bawang jenis ini adalah masa panennya yang sekitar 70 hari setelah tanam, dengan jumlah umbi sekitar 6 hingga 12 buah di dalam satu rumpun. Untuk produktivitasnya pun sebenarnya masih dalam batas rata-rata saja. Bawang Merah Nganjuk; selain dari Brebes dan Sumenep, salah satu jenis bawang merah yang cukup disukai oleh banyak petani adalah bawang merah dari daerah nganjuk. Boleh dibilang bawang merah ini merupakan salah satu jenis unggul yang dihasilkan antara beberapa jenis bawang lokal. Sifat unggul yang dimiliki oleh bawang merah jenis ini diantaranya adalah aroma bawang yang sangat nikmat, dengan masa panen hanya 50 hari setelah tanam HST saja dan jumlah panen yang sangat tinggi, yakni bisa mencapai 12 ton per hektar bila ditanam di tanah. Jumlah ini sangat banyak bila dibandingkan dengan jenis lain yang hanya mencapai 7 hingga 10 ton rata-rata panen, bila ditanam di tanah. Selain dari sebelas jenis bawang merah yang kami bahas di atas, pada dasarnya kamu bisa menemukan jauh lebih banyak jenis bawang merah di Indonesia. Belum lagi varian-varian lokal yang masing-masingnya memiliki jenisnya tersendiri. Saran kami pilihlah jenis benih yang menurut kamu paling mungkin untuk ditanam, diantaranya adalah sesuai dengan syarat pertumbuhannya, cocok dengan iklim dan suhu udara di tempatmu tinggal, dan tentu saja cocok dengan kantongmu. Karena jelas masing-masing benih memiliki kualitas yang berbeda-beda dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun yang jelas benih dengan kualitas unggul tentu saja memiliki harga yang juga tidak murah. Nah pada akhirnya silahkan memilih salah satu yang menurut kamu paling cocok, akan tetapi jangan lupa untuk selalu menyesuaikan lingkungan pertumbuhan bawang merah sesuai dengan syarat idealnya. Selain itu salah satu kunci dari penanaman bawang secara hidroponik adalah dengan memberikan asupan oksigen sebanyak-banyaknya ke akar, namun tanpa mengurangi konsentrasi larutan nutrisi yang ideal. Agar pertumbuhan umbi bisa maksimal! Cek juga Cara menanam bawang putih hidroponik Cara menanam jahe hidroponik Sistem Hidroponik Setelah mempelajari jenis-jenis bawang merah yang bisa kamu tanam, saatnya kamu mempelajari seluruh sistem hidroponik dasar yang menurut kami merupakan salah satu langkah penting. Sebelum itu kamu perlu tahu bahwa saat ini ada banyak sekali teknik hidroponik yang bisa digunakan di seluruh dunia. Alasannya adalah karena teknik ini memang merupakan salah satu teknik yang paling mudah untuk dimodifikasi dan dibuat variasinya. Akan tetapi saran kami pelajarilah beberapa teknik dasar yang cukup dikenal di seluruh dunia saat ini, yakni Deep Water Culture DWC, Nutrient Film Technique NFT, Aeroponics, Wick System, hingga Drip System dan Abb and Flow System. Karena kebanyakan teknik lain di luar teknik yang kami sebutkan di atas merupakan modifikasi ataupun pengembangan dari salah satu teknik dasar di atas. Pelajari seluruhnya secara singkat, dan pilihlah salah satu yang paling pas. Setelah itu barulah kamu bisa mempelajari salah satu teknik yang paling pas, baik sesuai dengan karakteristik bawang merah, ataupun sesuai dengan kemampuanmu. Baik kemampuan finansial ataupun kemampuan teknikal. Kondisi tanam Setelah mempelajari bibit yang ingin kamu tanam dan teknik-teknik hidroponik dasar yang ada, saatnya kamu mempelajari kondisi tanam yang ideal bagi bawang merah. Kondisi tanam macam ini bisa dibilang juga sebagai salah satu syarat utama agar bawang bisa tumbuh optimal. Hal ini amat penting kamu pelajari, apalagi bagi kamu yang sama sekali belum pernah bercocok tanam. Karena persyaratan tumbuh bagi semua tanaman merupakan hal kunci yang harus dipenuhi oleh setiap pekebun agar tanaman bisa tumbuh optimal. Lebih jauh lagi, ketika kamu memutuskan untuk membuat sistem hidroponik maka kamulah yang menjadi penentu dari lingkungan tumbuh tanaman tersebut. Karena nyaris semua hal terkait lingkungan pertumbuhan tanaman bisa diatur di dalam sistem hidroponik. Adapun beberapa kondisi tanam yang bisa memengaruhi pertumbuhan dari bawang merah hidroponik yang kamu tanam adalah sebagai berikut ini Suhu, salah satu faktor terpenting yang harus kamu selalu perhatikan adalah menjaga suhu dari sistem hidroponik yang kamu punya. Hal terbaik yang bisa kamu lakukan tentu saja dengan membeli sebuah thermostat sehingga suhu dari lingkungan tanam bawang hidroponik yang kamu punya bisa disesuaikan dengan thermostat tersebut. Tapi siapa pekebun rumahan yang memiliki modal sebesar itu? Saran kami adalah untuk mengatur suhu dari larutan nutrisi di sistem hidroponik tersebut. Setidaknya cara itu bisa menjaga suhu dari sistem hidroponik tetap stabil. Bawang merah sendiri sangat baik apabila ditanam dengan suhu rata-rata 25 hingga 32o Catatlah fluktuasi suhu harian, dan selalu lakukan pengaturan apabila suhu larutan nutrisi sudah menyimpang terlalu jauh. pH, faktor penting lainnya yang perlu kamu perhatikan adalah tingkat keasaman dari larutan nutrisi alias pH. pH sama seperti suhu, karena sangat fluktuatif dan begitu mudah berubah. Nilai pH sendiri bahkan bisa berubah apabila kamu jarang melakukan pengecekan larutan nutrisi. Karena konsentrasi larutan nutrisi dan apa yang ada di dalamnya sangat memengaruhi pH dari larutan nutrisi itu sendiri. Untuk menjaga larutan nutrisi tetap ideal, saran kami adalah untuk selalu mencatat larutan nutrisi serta menggunakan pH meter yang berkualita. Adapun pH ideal dari bawang merah adalah sekitar 5,6 hingga 6,5. Gunakan buffer pH apabila kamu mendapati terjadi perubahan pH, khususnya bila sudah berada di luar rentang ideal. Periode panen, salah satu faktor penting yang menurut kami cukup sering terlupakan, khususnya oleh para pekebun pemula adalah periode panen. Kamu harus teliti di dalam mencatat periode panen, apalagi bila kamu memiliki lebih dari satu jenis tanaman dan ditanam dalam waktu yang berbeda-beda. Melakukan panen di luar periode panen yang dianjurkan diketahui akan menyebabkan aroma dan rasa yang dimiliki oleh bawang tersebut menjadi tidak maksimal. Selain itu kadang teksturnya pun akan menjadi tidak nikmat untuk dimakan. Cahaya matahari, bawang merah sendiri meski menyukai suhu dingin tetap saja lebih senang bila berada di bawah sinar matahari. Rata-rata bawang membutuhkan penyinaran sekitar 75% saja. Bagi kamu yang tinggal di daerah dengan cahaya matahari intensitas tinggi, kami cukup menyarankan kamu untuk menggunakan paranet agar sinar matahari tidak langsung mengenai tanaman dalam intensitas yang terlalu tinggi. Selain itu perhatikan pula, jangan sampai tanaman tampak kering karena terlalu sering terkena matahari. Media tanam, bawang merah sendiri cukup menyukai media tanam yang lembab sehingga ada banyak sekali media tanam yang bisa kamu pilih. Selain itu nantinya pemilihan media tanam harus sesuai dengan teknik hidroponik yang kamu pilih. Beberapa media tanam yang bisa kamu pilih untuk menanam bawang secara hidroponik adalah rockwool, cocopeat, hingga campuran perlite dan vermiculite. Di luar itu kamu bisa misalnya menggunakan hydroton pebbles. Namun paling enak sih menggunakan rockwool karena kebanyakan pegiat hidroponik di Indonesia menggunakan media tanam ini. Sehingga bila nantinya kamu ada kesulitan, bisa banyak bertanya kepada pegiat hidroponik lainnya. Teknik hidroponik, setelah membaca seluruh teknik dasar seperti yang kami jelaskan di atas, kamu boleh saja memilih salah satu yang menurut kamu paling mudah ataupun murah untuk dibuat. Namun secara personal kami cukup menyarankan kamu untuk menanam bawang merah hidroponik dengan menggunakan teknik aeroponik ataupun NFT karena sangat cocok dengan syarat tumbuh dan karakteristik dari tanaman ini. Seluruh faktor di atas, apabila kamu bisa menjaganya dengan baik tentu akan meningkatkan keberhasilan di dalam menanam bawang secara hidroponik. Selain itu diharapkan pula kamu akan bisa menyelesaikan masalah terkait penanaman bawang bila sudah menguasai faktor-faktor di atas. Penyemaian Bibit Bawang Merah Hidroponik Bawang merah sendiri bisa kamu semai baik dari bibit ataupun dari umbi yang sudah kamu miliki. Keduanya memiliki cara yang serupa kok, hanya saja tentu akan lebih cepat apabila kamu melakukan penyemaian dari umbi. Selain itu perlu kamu ketahui pula bahwa melakukan penyemaian bibit bawang merah hidroponik langkahnya sama saja dengan bawang merah yang akan ditanam secara konvensional. Berikut ini adalah langkah-langkahnya Menyiapkan beberapa peralatan dan bahan-bahan di bawah ini Bibit yang ingin disemai, lebihkan beberapa bibit sesuai dengan keinginanmu. Atau kamu juga bisa menyemai menggunakan umbi bawang merah. Air secukupnya sesuai dengan ukuran wadah besar. Tusuk gigi secukupnya. Larutan nutrisi. Selang aerator. Beberapa buah wadah, bisa menggunakan toples kaca. Ambil sejumlah wadah yang telah kamu persiapkan sebelumnya. Isilah wadah tersebut dengan menggunakan air bersih, usahakan air yang digunakan bersifat netral’. Jangan lupa untuk melubangi bagian bawah wadah tersebut. Untuk air yang akan kamu gunakan melakukan penyemaian kami cukup menyarankan agar kamu menggunakan air tanah, air tampungan hujan, atau air sumur. Apabila menggunakan air PDAM maka bisa mempersiapkan air tersebut sebelumnya, diantaranya dengan menjemur air tersebut kira-kira selama 1 hingga 2 hari di bawah sinar matahari terik, agar setidaknya kandungan klorin bisa berkurang dari dalam air. Persiapkanlah bibit bawang merah tersebut, atau bila kamu langsung menggunakan umbi bawang merah, maka kamu bisa mempersiapkan umbi bawang merah yang ingin kamu budidayakan di hidroponik tersebut. Kamu cukup meletakkan bibit bawang merah tersebut di media tanam yang telah kamu persiapkan sebelumnya. Bisa di media tanam rockwool ataupun dengan menggunakan cocopeat. Pastikan bagian bawah media tanam bisa menyentuh air sehingga perlahan-lahan perakaran bisa keluar dari sana. Bila langsung menggunakan perlite ataupun media tanam semacamnya bisa melakukan langkah di bawah ini. Pertama-tama tuangkan perlite ke dalam wadah besar hingga tersisa sekitar 5-10 cm ruang di bagian paling atas. Setelah itu tuangkan air ke wadah besar tersebut hingga air meresap ke perlite ataupun media tanam sejenis yan gkamu gunakan. Siapkan umbi bawang merah, dengan cara memotongnya di bagian terbawah hingga bagian dalamnya terlihat sebagian. Bagian yang terpotong kamu tanam di perlite hingga umbi terbenam seluruhnya di dalam media tanam. Letakkan wadah yang telah ditaruh bibit bawang merah tadi di tempat yang kering dan terkena sinar matahari. Jangan lupa untuk selalu menjaga kondisi larutan nutrisi agar pH, suhu, dan kepekatannya selalu sesuai terhadap pertumbuhan bawang merah. Bila daun bawang merah sudah muncul hingga agak tinggi, maka bawang merah sudah siap dipindahkan ke sistem hidroponik. Biasanya proses ini akan memakan waktu sekitar 40 hari, atau tentu sesuai dengan jenis bibit yang kamu beli dan perlakuan yang diberikan terhadap bibit tersebut. Untuk masa penyemaian bawang sendiri sebenarnya ada sangat banyak hal yang perlu kamu perhatikan. Bila dibandingkan dengan sayuran atau tanaman lainnya masa penyemaian bawang ini cukup sulit karena tanaman amat rentan terhadap penyakit dan cuaca. Apalagi masa penyemaiannya cukup lama yakni mencapai 40 hari, atau tergantung dari jenis bibit bawang yang kamu pilih. Selain itu tanaman ini juga sangat rentan terhadap stress ketika akan dipindahkan ke sistem hidroponik. Yah boleh dibilang memang untuk tanaman ini sendiri memiliki tingkat kesulitan menengah, apabila kamu tanam secara hidroponik. Transplantasi dan Pemindahan Bawang Merah di Sistem Hidroponik Bila kamu sudah sukses melakukan proses penyemaian bawang merah, langkah selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah penyortiran bawang merah yang ingin kamu pindahkan ke sistem hidroponik. Beberapa benih yang menurut kami layak untuk dipindahkan adalah Ukurannya optimal ataupun besar-besar, namun tetap disesuaikan dengan jenis bawang yang ditanam. Tidak terkena penyakit seperti layu bakteri ataupun fusarium, dimana bawang merah sangat rentan terhadap kedua penyakit tersebut. Ukuran dari tanaman yang dipindahkan secara umum seragam. Nah secara umum kamu bisa mengikuti ketiga kriteria tersebut untuk kemudian memindahkan bawang merah ke sistem hidroponik yang sudah kamu buat sebelumnya. Adapun langkah-langkah pemindahan bawang merah dari penyemaian ke sistem hidroponik adalah sebagai berikut ini Pisahkan masing-masing media tanam yang sudah ditanami bibit bawang merah Jangan lupa untuk memindahkan tanaman bawang merah yang berkualitas baik saja ya, tahap ini disebut dengan penyortiran. Hati-hati di dalam mengangkat bawang merah dari media penyemaian, apalagi bila kamu menggunakan perlite karena dikhawatirkan bisa merusak bagian akar dari bawang merah hidroponik tersebut. Pindahkan bawang merah tersebut ke dalam sistem hidroponik yang sudah kamu siapkan sebelumnya. Masukkan masing-masing bawang merah ke dalam netpot yang telah disiapkan sebelumnya. Baik teknik NFT ataupun aeroponik, sebenarnya memiliki langkah yang cukup serupa. Selain itu untuk media tanam baik campuran perlite – vermiculite, perlite, ataupun hydroton sebenarnya pun memiliki langkah yang sama. Perbedaannya nanti hanya di kapasitas penyerapan terhadap air dan aerasi saja. Angkat benih bawang merah dari media tanam hingga seluruh akarnya terlepas, namun pastikan tanaman tidak rusak. Nah bisa dibilang langkah ini merupakan salah satu langkah yang penting, karena cukup sulit dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dari bawang merah hidroponik tersebut nantinya. Adapun mekanisme penanaman tentu saja bervariasi tergantung dari teknik hidroponik yang ingin kamu gunakan. Isi sistem hidroponik dengan larutan nutrisi. Nilai kadar larutan nutrisi ini bisa juga bervariasi antar jenis bawang merah. Saran kami kamu bisa membaca sesuai dengan rekomendasi yang biasanya dicantumkan di bungkus bibit, atau tentu bisa bertanya kepada penjual toko bibit tersebut. Namun rata-rata kamu bisa mengatur kepekatan nutrisi sekitar 300 hingga 400 ppm dengan menggunakan nutrisi AB Mix saat usia bawang merah masih cukup muda, atau ketika bawang merah baru dipindahkan dari media semai. Ketika usia bawang merah sudah di minggu kedua naikkan kepekatan larutannutrisi menjadi sekitar 700 hingga 900 ppm. Adapun ketika bawang merah sudah bertambah satu minggu usianya, maka naikkankembali larutan nutrisi hingga 1000 sampai 1200 PPM selama 3 minggu. Terakhir naikkan kepekatan larutannutrisi antara 1200 hingga 1300 ppm mulai dari minggu ke enam hingga masa panen. Sebenarnya untuk angka kepekatan ini cukup rumit, namun untuk bawang merah sendiri rata-rata dibutuhkan 700 hingga 1300 ppm sepanjang perkembangannya. Jaga selalu agar pH tetap di antara 5,5 hingga 6,5. Lakukan pengecekan sistem hidroponik rutin, setidaknya lakukanlah selama 2 hari sekali. Lakukan pengecekan tinggi air, kadar ppm larutan nutrisi, kebersihan wadah nutrisi secara umum, dan kondisi tanaman. Pastikan ppm tetap terjaga dan kadar air tidak surut atau kering. Jangan lupa lakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Bila sudah mencapai masa panen kamu bisa langsung memanen umbi bawang merah Jangan memanen bawang merah lebih dari masa panen yang tertera atau spesifikasinya, karena akan menyebabkan rasa bawang merah menjadi tidak nikmat untuk dikonsumsi. Selesai! Nah itulah tadi beberapa langkah mudah serta beberapa tips penting yang harus selalu kamu perhatikan apabila kamu ingin mencoba bercocok tanam bawang merah dengan menggunakan teknik hidroponik. Memang salah satu kesulitan dari menanam bawang merah adalah di dalam proses penyemaian karena bawang merah sendiri tergolong cukup manja, apalagi saat masa-masa penyemaian. Selain itu bawang merah juga cukup mudah stress ketika dipindahkan, sehingga mungkin bisa terjadi gagal panen. Tapi jangan takut, selamat mencoba dan semoga berhasil ya!
Analisisyang dilakukan pada aspek ini akan menjawab pertanyaan apakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki peluang pasar. Suatu (proses) analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang situasi (keadaan,kenyataan) sosial. Source: www.dictio.id. Jelaskan yang dimaksud dengan sistem ekonomi indonesia.
Artikel Menanam Bawang Merah di Air atau Hidroponik Dengan MudahEIv7.