Kelebihandan Kelemahan Aliran Esensialisme - Kelebihan: a. Essensialisme membantu untuk mengembalikan subjek matter kedalamm proses pendidikan namun tidak mendukung parenialisme bahwa subjek matter yang benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban barat. Great book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk
Uploaded byLious Ekma 0% found this document useful 0 votes171 views14 pagesDescriptionFilsafatCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes171 views14 pagesEsensialismeUploaded byLious Ekma DescriptionFilsafatFull descriptionJump to Page You are on page 1of 14Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
SebutkanKelebihan Dan Kekurangan Demokrasi Pancasila Masa Orde Baru from inipun membahas materi tentang dinamika demokrasi pancasila,. (3) kelebihan dan kekurangan kurikulum berbasis pancasila. Yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dari negarayang menganut sistem .
Esensialisme dapat digambarkan sebagai filsafat pendidikan yang berakar pada pengajaran mata pelajaran pendidikan dasar yang bertujuan menciptakan masyarakat Amerika yang memberi kontribusi kepada masyarakat terhadap budaya demokratis Link 2008. Esensialisme konsep pendidikan universal; keyakinan bahwa ada pengetahuan penting bahwa setiap orang dalam budaya tertentu harus memiliki anggota budaya yang berpengetahuan luas dan sepenuhnya berpartisipasi. Merupakan tanggung jawab sekolah untuk memberikan pengetahuan itu. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Terjemahan Esensialisme, Pendidikan Dasar, Dan Standar-Standarnya G. L. Gutek Hengki Wijaya Helaluddin DEFINISI ESENSIALISME Berapa kali Anda sering mendengar frasa “Let’s get back to the basic” Mari kembali ke dasar? Kembali ke dasar artinya melucuti hal yang tidak penting, gangguan, hal-hal sepele, dan penyimpangan dan mengidentifikasi apa yang mendasar untuk diskusi, argumen, dan posisi. Seringkali diskusi yang tidak fokus perlu dilakukan untuk menjaga “kembali kepada subjek” sehingga peserta tidak kehilangan arah diskusi dalam isu yang tidak relevan untuk didiskusikan. Sebagai teori pendidikan, esensialisme menegaskan bahwa sekolah, instruksi, pengajaran dan pembelajaran perlu fokus pada dasar tentang apa yang benar-benar diperlukan untuk menjadi seorang terdidik, produktif, efektif, individu yang cakap, dan warga negara dalam masyarakat Amerika. Berdasarkan definisi esensialisme, kita memulai dari akarnya, esensi yang merujuk kepada apa yang perlu untuk dan yang sangat perlu tentang sesuatu–suatu objek, suatu disiplin, atau suatu subjek, untuk contoh. Esensi berhubungan dengan karakter atau sifat intrinsik atau mendasar dari sesuatu, dibandingkan ciri-ciri kebetulan atau yang insidental saja. Apa yang Anda harus memahami tentang sesuatu? Apa yang paling mendasar, fundamental, dan perlu? Apa yang tidak perlu atau insidental? Esensialisme dapat digambarkan sebagai filsafat pendidikan yang berakar pada pengajaran mata pelajaran pendidikan dasar yang bertujuan menciptakan masyarakat Amerika yang memberi kontribusi kepada masyarakat terhadap budaya demokratis Link 2008. Esensialisme konsep pendidikan universal; keyakinan bahwa ada pengetahuan penting bahwa setiap orang dalam budaya tertentu harus memiliki anggota budaya yang berpengetahuan luas dan sepenuhnya berpartisipasi. Merupakan tanggung jawab sekolah untuk memberikan pengetahuan itu. Sebagai suatu teori, Esensialisme menegaskan ide dasar tertentu, keterampilan, tubuh pengetahuan adalah kebudayaan dan peradaban manusia. Karena esensialisme diyakini sebagai dasar yang sangat diperlukan, perlu untuk, dan fundamental dalam pendidikan, maka posisi ini seringkali disebut sebagai Pendidikan Dasar. Keterampilan dasar, dan tubuh pengetahuan tertentu dapat diformulasikan dan disusun menjadi subjek yang dapat dan harus diajarkan oleh orang dewasa kepada remaja anak muda. Fundamental atau esensi adalah 2 kemampuan literasi membaca dan menulis, dan berhitung aritmatika, dan subjek sejarah, matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan literatur. Instruksi yang mewariskan keterampilan dasar dan pengetahuan dari satu generasi yang menjadi jaminan kelangsungan hidup peradaban berikutnya. Untuk melepaskan diri dari transmisi budaya yang diperlukan dan penting ini menempatkan peradaban dalam bahaya. Kaum esensialis lebih lanjut mendesak supaya pewarisan keterampilan dasar ini berjalan lebih efisien dan efektif melalui metode yang telah teruji waktu. Karena masih banyak yang harus dipelajari dan waktu yang terbatas untuk mempelajarinya, instruksi harus direncanakan, disengaja, dan efisien. Penting untuk belajar dari masa lalu daripada mencoba terus menciptakan kembali. Sekolah, kemudian merupakan lembaga akademik yang didirikan oleh masyarakat untuk mewariskan keterampilan dan pengetahuan dasar kepada anak-anaknya dan kaum muda. Essensialisme menghendaki agar landasan pendidikan berakar dari nilai-nilai yang esensial, yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun dan telah turun-temurun dari zaman ke zaman, dengan mengambil zaman renaisanse sebagai permulaan. Pandangan essensialisme dalam pendidikan Islam dianggap sesuai karena tujuan umum paham essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dunia dan akhirat. Isi pendidikanya ditetapkan berdasarkan kepentingan efektifitas pembinaan kepribadian yang mencakup ilmu pengetahuan yang harus dikuasai dalam kehidupan dan mampu menggerakan keinginan manusia Saidah, 2015. POSISI ESENSIALISME Esensialisme telah menunjukkan kekuatan terbesar dalam pendidikan. Meskipun banyak tantangan dari berbagai pembaruan seperti pragmatis, postmodern, liberal, Progresif, dan teori kritis. Esensialisme dalam bentuknya telah ada dan digunakan secara luas pengaruhnya terhadap sekolah beberapa tahun lamanya. Pada abad ke-19, esensialisme mengambil bentuk “Tiga R’s” membaca, menulis, berhitung, dan disiplin mental teori ini tentang latihan subjek tertentu atau disiplin pikiran. Pada tahun 1930-an sekelompok pendidikan yang menentang pendidikan progresif, menciptakan istilah Esensialisme. Pada tahun 1950-an, Essensialisme disuarakan oleh teoritis pendidikan seperti Arthur E. Bestor, Jr yang terpanggil untuk kembali pada pengajaran fundamental disiplin intelektual. Siapa Arthur Bestor, kenapa dia jadi terkenal di bidang pendidikan Amerika, dan apa yang dia coba lakukan dengan karirnya? Bestor lahir pada tanggal 20 September 1908 di Chautauqua, New York. Ayahnya, Arthur Bestor Sr., adalah pemimpin terkemuka dalam gerakan pendidikan orang dewasa Chautauqua di dekat Danau Chautauqua di negara bagian New York. Bestor Sr. tidak mengikuti ayahnya ke dalam pelayanan, tapi dia mengabdikan hidupnya untuk tugas moral mendidik orang dewasa di Chautauqua. Chautauqua memulai sebagai kamp musim panas Kristen namun dengan cepat berkembang menjadi sesuatu yang cukup besar. Franklin Delano Roosevelt menyampaikan pidato di Chautauqua pada tahun 3 1936. Bestor Sr menjabat sebagai presiden Chautauqua dari tahun 1915 sampai kematiannya pada tahun 1944 Null, 2008; Garraty dan Carnes 1999. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, ada kebangunan lain dari pendidikan dasar selama U. S. Commission on Excellence in Education’s A Nation at Risk menyatakan tentang tema pendidikan dasar. Tahun 2000, gerakan standar mulai membuat dampak melalui negara-negara bersatu karena negara-negara memberlakukan undang-undang yang memerlukan pengujian standar dalam subjek dasar. Pada tahun 2001, UU Pendidikan “No Child Left Behind” mengamanatkan pengujian standar dalam membaca sebagai persyaratan untuk bantuan federal ke distrik sekolah setempat. Untuk menggambarkan kegigihan esensialisme, kami secara singkat memeriksa panggilan yang berlaku untuk kembali ke pendidikan dasar. Esensialisme Dengan tidak diartikulasikan sebagai filsafat pendidikan, esensialisme telah ada sejak lama sebagai ungkapan informal tentang sekolah mana yang seharusnya, dengan menekankan bahwa kurikulum harus terdiri dari keterampilan dan subjek tradisional. Struktur tradisional ini ditantang oleh pendidik Pragmatis seperti John Dewey dan pendidik progresif. Kaum esensialis, yang ditantang oleh progresivisme, secara formal mengartikulasikan posisi mereka. Siapa William Bagley, dan apa yang dia coba lakukan dengan karirnya? Pertama, William Bagley adalah sosok yang berbeda dari Arthur Bestor. Generasi penuh yang lebih tua dari Bestor, Bagley memulai tahun pertamanya sebagai profesor pendidikan di University of Illinois pada tahun 1908, tahun Bestor lahir. Tidak seperti Bestor, Bagley tidak dilahirkan dalam keluarga elit timur laut. Dia tidak miskin, tapi dia tumbuh di lingkungan yang agak sederhana. Class merupakan faktor utama yang memisahkan Bagley dari Bestor. Bagley lahir di Detroit, Michigan, pada tanggal 15 Maret 1874 sampai William Chase dan Ruth Walker Bagley. Ayah Bagley adalah seorang inspektur rumah sakit di Detroit. Sementara Bagley berada di sekolah dasar, keluarga tersebut tinggal beberapa tahun di Worcester, Massachusetts, dan kemudian kembali ke Detroit di mana dia bersekolah di SMA 1888-1891. Setelah lulus, Bagley memilih untuk mendaftarkan diri di Michigan Agricultural College MAC untuk mempersiapkan dirinya menjadi petani. Dia menghadiri MAC dari tahun 1891-1895, saat dia lulus dengan gelar sarjana Null, 2008. Dipimpin oleh William Chandler Bagley 1874-1946, seorang profesor pendidikan pada Universitas Columbia sekolah guru, pendidik esensialisme memproklamasikan platform mereka pada tahun 1938. Platform para esensialis menetapkan alasan yang akan diikuti oleh para pendukung esensialisme dan pendidikan dasar di tahun-tahun berikutnya. Posisi mereka meliputi 1 menyatakan tujuan pendidikan dengan mendefinisikan peran sekolah dalam persyaratan akademis dan harapan; 2 mengidentifikasi kekurangan yang diduga konsekuensi gagal mengikuti orientasi pendidikan dasar; 3 meminta pemulihan untuk mengembalikan peran dan fungsi sekolah mereka. Tujuan kaum esensialisme untuk pendidikan adalah untuk meneruskan dan mempertahankan unsur penting dalam budaya manusia. Sekolah sebagai institusi 4 mempunyai definisi dan kekhasan tentang tugas pewarisan esensi keterampilan dan subjek kepada yang muda yang mana budaya itu secara berlanjut akan dipelihara dan dipertahankan. Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang terhimpun dan telah bertahan sepanjang waktu. Dengan demikian berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti esensial dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan Saidah, 2015. Kaum esensialisme mengusulkan solusi untuk permasalahan pendidikan di Amerika dengan cara 1. Kepatuhan sekolah dalam tugas; mengajarkan keterampilan penting dan mata pelajaran dan menghindari pengalihan oleh hal tak terduga. 2. Keterampilan mengajar dan subjek secara sistematis dan berurutan secara tertib dan kumulatif. 3. Bersikeras pada standar prestasi akademis yang tinggi untuk promosi dan kelulusan. 4. Menekankan pembelajaran yang membutuhkan disiplin, usaha, dan kerja keras. Fundamental Disiplin Intelektual Argumen kuat berikutnya untuk esensialisme dibuat oleh Arthur Bestor, Jr, seorang sejarawan Amerika yang berpendapat bahwa sekolah, terutama institusi menengah, harus mengajarkan “disiplin intelektual” mendasar yang menumbuhkan “kecerdasan disiplin”. Sementara para ahli esensial terdahulu seperti Bagley telah bereaksi terhadap Progresivisme, Bestor bereaksi terhadap “life-adjusment education” yang menekankan minat siswa, sosial, kewarganegaraan, dan ekonomi, serta pelajaran akademis. “Pendidikan Life-adjustment” menciptakan kurikulum baru yang berfokus pada keterampilan dan pengalaman dasar ini; mereka merevisi, dan sering tidak menekankan subjek akademis untuk menyoroti kebutuhan dan isu sehari-hari siswa daripada disiplin intelektual. Misalnya, keterampilan untuk mempertahankan dan menerbitkan isu-isu daripada disiplin intelektual. Misalnya, keterampilan untuk mempertahankan hubungan interpersonal yang efektif, mengelola uang, dan menggunakan waktu senggang untuk memenuhi kegiatan rekreasi di mana dimasukkan ke dalam kurikulum. Bestor menuduh “pendidik life-adjusment” yang menyuarakan tentang teori pendidikan anti-intelektual di sekolah tersebut, dengan melemahkan basis kurikulum dengan mengenalkan hal-hal sepele, dan dengan menurunkan standar akademis. Neo-Esensialisme dan A Nation at Risk Neo esensialisme mengembangkan daftar kelemahan di sekolah umum Amerika dan menyatakan hal berikut. 5 • Permisif, terbuka, dan progresif telah mengabaikan pengajaran sistematis tentang keterampilan dasar membaca, menulis, dan menghitung dan telah menyebabkan penurunan standar keaksaraan. • Program inovatif dan eksperimental seperti matematika ”baru”, studi sosial, dan sains telah mengorbankan materi pelajaran berdasarkan proses pembelajaran yang tidak jelas seperti “metode penemuan,” pemikiran kritis, “pembelajaran bahasa dan konstruktivisme keseluruhan.” • Karakter dan nilai pendidikan telah merosot menjadi program permisif moral “klarifikasi nilai” yang merongrong nilai-nilai fundamental dari rajin, tanggung jawab dan patriotisme. • Program multikultural radikal menciptakan isolasi etnis dan ras dan mengikis nilai inti Amerika yang umum • Kebijakan promosi sosial di sekolah negeri telah mengikis standar akademik dan menghasilkan penurunan skor yang menonjol pada uji standar sucah sebagai SAT and ACT. Neo-esensialisme yang didukung oleh Neo-Conservation yang telah direvisi, mendapat dukungan besar dengan pemilihan Presiden Ronald Reagen pada tahun 1980. Sekretaris Pendidikan Terrel Bell di pemerintahan Reagen menunjuk Komisi Pendidikan yang Baik. Dalam A Nation at Risk sebuah laporan yang dipublikasikan dengan sangat baik, Komisi tersebut mengklaim bahwa Amerika Serikat menghadapi krisis pendidikan yang disebabkan oleh Kurikulum sekunder yang telah “diseragamkan, dilemahkan, dan dijinakkan sampai-sampai mereka tidak lagi memiliki tujuan utama.” Dengan menggunakan retorika perang dramatis, Komisi memperingatkan Amerika bahwa “landasan pendidikan masyarakat kita saat ini terkikis oleh gelombang kemasyarakatan yang sedang berlangsung yang mengancam masa depan kita sebagai bangsa dan rakyat.” Komisi merekomendasikan agar semua siswa SMA diminta untuk melengkapi kurikulum “Lima Dasar Baru” yang terdiri dari 1. Empat tahun bahasa Inggris; 2. Tiga tahun matematika; 3. Tiga tahun ilmu; 4. Tiga tahun studi sosial; 5. Satu setengah tahun ilmu komputer. A Nation at Risk diliput secara luas di media memperoleh khalayak nasional. Presiden Reagen dan Sekretaris Bell mendesak gubernur masing-masing negara untuk mengambil peran kepemimpinan untuk menghasilkan kurikulum yang lebih akademis, standar pencapaian akademis dan disiplin kelas yang lebih baik. Negara bagian memerhatikan panggilan tersebut dan gerakan standar tersebut lahir. Tema penting dari gerakan standar adalah bahwa pendidikan Amerika akan meningkat dengan menciptakan standar akademis yang tinggi, atau benchmark, untuk mengukur prestasi siswa. Misalnya, tujuan empiris, terukur, yang telah ditentukan harus ditetapkan 6 yang akan mengindikasikan apakah seorang siswa membaca di tingkat kelas atau telah memperoleh tingkat pencapaian matematika dan sains tertentu. Siswa dapat diperiksa oleh tes standar untuk menentukan apakah mereka mencapai standar yang ditetapkan dalam subjek atau jika mereka berada di bawah atau di atasnya. Dampak reformasi pendidikan sejak tahun 1990-an dapat digambarkan sebagai jalan yang masih dalam tahap pembangunan didukung oleh bukti dari sumber nasional dan internasional. Secara nasional, penurunan prestasi membaca dan matematika telah terdokumentasi dengan baik Pierce and Hernandez, 2014. Sebagai contoh, Laporan Penilaian Kemajuan Pendidikan Nasional NAEP sebagian besar mengonfirmasi tren pencapaian akademik ini. Untuk membaca, persentase siswa yang berprestasi pada atau di atas tingkat dasar menurun dari 80% di tahun 1992 menjadi 73% di tahun 2004, dan persentase siswa yang berprestasi pada atau di atas tingkat mahir menurun dari 40% menjadi 35% Pierce and Hernandez 2014;Grigg, Donahue, & Dion, 2007. Dalam matematika, rata-rata skor untuk siswa kelas 12 tidak berubah dari tahun 2004 sampai 2008, atau skor rata-rata berbeda dari tahun 1973 Pierce and Hernandez 2014;Rampey & Donahue, 2009. Dengan menggunakan statistik berdasarkan kinerja siswa di sekolah tertentu, sekolah tersebut dapat dinilai berkinerja di atas standar yang ditetapkan. Advokat untuk menetapkan standars dan mengukurnya dengan menggunakan tes standar berpendapat bahwa kinerja siswa di sekolah tertentu dapat digunakan untuk menentukan kompetensi guru dan administrator di sekolah tersebut. Dalam sebuah kritikus kontra argumen berpendapat bahwa menggunakan tes standar mendorong guru untuk “mengajar untuk ujian” daripada memberikan pendidikan umum dan menyeluruh kepada siswa. Mereka berpendapat bahwa variabel sosial, ekonomi dan variabel lainnya memiliki dampak yang kuat terhadap prestasi belajar siswa yang tidak dapat diukur dengan tes standar. Meskipun argumen ini bergema di seluruh komunitas pendidikan, gerakan standar telah mendapatkan pijakan kuat di berbagai negara. Pengesahan standar yang ditetapkan dengan diundangkannya Undang-Undang Pendidikan federal tahun 2001, No Child Left Behind. No Child Left Behind No Child Left Behind Act, didasarkan pada premis yang berjalan melalui gerakan standar bahwa prestasi akademik dapat diukur dengan tes standar. Sekolah di mana sejumlah besar siswa gagal tampil sesuai standar pencapaian standar dapat diidentifikasi dan diberi remediasi yang dirancang untuk meningkatkan kinerja. Jika identifikasi komparatif atas kinerja sekolah ini tidak selesai, anak-anak di sekolah berprestasi rendah dapat ditinggalkan secara akademis. Dasar pemikiran untuk tindakan tersebut mengikuti argumen esensialis biasa untuk mengidentifikasi kelemahan dan kemudian menentukan prosedur korektif. Kekurangan yang dicatat meliputi 7 Today, nearly 70 percent of the inner city fourth graders are unable to read at a basic level on natural reading tests. Our high school senior trail students in Cyprus and South Africa in international math test. And nearly a third of our college freshmen find they must take a remedial course before they are able to even begin reguler college level college No Child Left Behind, 20011. Saat ini, hampir 70 persen siswa kelas empat bagian dalam kota tidak dapat membaca pada tingkat dasar dalam tes membaca alami. Siswa SMA kami yang senior di Siprus dan Afrika Selatan dalam tes matematika internasional. Dan hampir sepertiga mahasiswa baru di perguruan tinggi mendapati mereka harus mengikuti kursus remedial sebelum mereka bisa mulai kuliah di perguruan tinggi reguler No Child Left Behind, 20011. Meskipun undang-undang tersebut adalah undang-undang komprehensif yang berhubungan dengan banyak bidang pendidikan, beberapa fitur utama, yang mencerminkan pergerakan standar, memperkuat pendekatan pendidikan dasar esensialistik. Tindakan mengidentifikasi dasar-dasar kunci adalah membaca dan matematika dan mengharuskan tes standar digunakan untuk menentukan pencapaian siswa dalam mata pelajaran penting. Tindakan tersebut mengamanatkan agar agar distrik sekolah memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan federal, mereka harus menetapkan penilaian tahunan dalam membaca dan matematika untuk setiap siswa di kelas tiga sampai delapan. Ini membuat distrik sekolah bertanggung jawab untuk memperbaiki kinerja semua siswa, tidak hanya tindakan yang dilakukan dengan buruk pada tes. Sekolah dan distrik yang ingin membuat kemajuan tahunan yang memadai harus diidentifikasi dan diperbaiki. Jika sekolah gagal memenuhi standar selama tiga tahun, siswa mereka kemudian dapat pindah ke sekolah umum atau sekolah swasta No Child Left Behind, 20018-9. HUBUNGAN FILOSOFIS DAN IDEOLOGIS ESENSIALISME Pandangan filsafat pendidikan esensialisme dapat ditelusuri dari aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Kebudayaan lama dimaksud telah ada semenjak peradaban umat manusia terdahulu, terutama semenjak zaman Renaissance mulai tumbuh dan berkembang dengan megahnya. Kebudayaan lama melakukan usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani dan Romawi kuno Saidah, 2015. Esensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpu pada mazhab filsafat idealisme dan realisme. Pada aliran idealisme pendidikan diarahkan pada upaya pengembangan kepribadian anak didik sesuai dengan kebenaran yang berasal dari atas yaitu dari dunia supranatural, yaitu Tuhan. Sedangkan aliran filsafat realisme berpendapat bahwa upaya pendidikan harus diarahkan pada upaya menguasai pengetahuan yang sudah mantap 8 sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistimatis dalam berbagai disiplin atau mata pelajaran Saidah, 2015; Nata, 2005. Esensialisme terutama versi pendidikan dan standar saat ini, telah semakin selaras dengan ideologi neo-Konservatif. Neo-Konservatif dan Neo-esensialis setuju bahwa sekolah harus 1. Jadilah institusi akademik yang memiliki kurikulum keterampilan dan subjek dasar yang terdefinisi dengan baik 2. Menanamkan nilai-nilai tradisional patriotisme, kerja keras, usaha, ketepatan waktu, penghormatan terhadap otoritas, dan kesopanan. 3. Tekankan inti berdasarkan peradaban Barat dan nilai-nilai tradisional Amerika. 4. Beroperasi secara efisien dan efektif serta disiplin dan ketertiban. 5. Mempromosikan siswa berdasarkan prestasi akademik. Esentialis bertemu dengan oposisi kuat dari filosofi seperti Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Postmodernisme, dari ideologi seperti Marxisme, dan dari teori sebagai Progressivism and Critical Theory. Liberal, tergantung pada pandangan mereka, cenderung agak kritis terhadap neo-esensialisme, terutama bila dikaitkan dengan fundamentalisme agama. Pragmatis menentang asumsi esensialis bahwa kurikulum dapat didefinisikan secara apriori terhadap kebutuhan dan pengalaman siswa dan dipisahkan oleh isu sosial kontemporer. Postmodernis melihat klaim esensial tentang peradaban yang membelah melalui sebuah kurikulum yang dibutuhkan untuk benar-benar menjadi dasar pemikiran historis yang pernah memastikan pendidikan kelompok dan kelas ekonomi sosial. Eksistensialis menentang esensialisme untuk memaksakan identitas lain yang didefinisikan, agaknya dibangun sendiri, pada siswa. Liberal yang modern menentang kurikulum esensialis sebagai terlalu kaku dan kurang relevansi dengan masalah kontemporer dan masalah. Kaum Marxis menganggap esensialisme sebagai pembela status quo kapitalis yang ada. Kaum progresif menganggap esensialisme terlalu formal, terlalu kaku, dan tidak terbuka terhadap keragaman pengalaman manusia. Teori kritis, mirip dengan Marxis dan Eksistensialis, menemukan mandat esensialis untuk keterampilan dasar dan mata pelajaran untuk benar-benar menjadi kedok untuk mereproduksi status quo sosial ekonomi dan menempatkan siswa ke dalam situasi berbasis kelas yang telah ditentukan. Kelompok Realisme, Perenialisme dan Esensialisme berfokus pada keteguhan pengetahuan. Guru adalah orang yang akan mentransfer pengetahuan ini kepada siswa. Dalam hal ini, siswa bertanggung jawab untuk belajar dari guru mereka. Peran guru atau spesialis pendidikan adalah memutuskan apa yang harus mereka ajarkan, dan bagaimana mereka akan menciptakan lingkungan pendidikan untuk mentransfer pengetahuan yang benar kepada siswa secara akurat dan permanen. Lingkungan seperti itu mengenalkan alat dan peralatan yang dibutuhkan dengan sendirinya. Misalnya, pensil, buku catatan dan buku merupakan alat dan peralatan penting untuk gerakan ini. Secara konkrit, ujian dan tes standar yang dilakukan dalam ujian ini menjadi bahan yang dapat diandalkan yang mengukur sejauh 9 mana siswa belajar. Gerakan-gerakan yang masih digunakan ini bisa disebut gerakan tradisional atau klasik Kumral, 2014. MENGAPA BELAJAR ESENSIALISME? Esensialisme patut dipelajari karena kemunculannya yang terus-menerus dan sering. Selama berbagai penampilan ini, dan di bawah judul seperti “3 R’s,”platform esensialis, disiplin intelektual, pendidikan dasar, dan gerakan standars, kaum Essensialis sangat konsisten dalam mendefinisikan sekolah sebagai institusi akademis utama. Mereka sama-sama konsisten dalam mendefinisikan kurikulum sebagai keterampilan dasar dan mata pelajaran. Penting untuk berfokus pada fitur inti dari teori pendidikan berulang ini dan untuk mengenali bahwa kaum esensialis, dalam keterhubungan dan komitmen pendidikan mereka, melihat pendekatan ini terhadap pendidikan sebagai jalan paling pasti menuju kelangsungan hidup dan kesopanan manusia. Meskipun masalah sosial, ekonomi, dan politik dapat berubah, respons terbaik bagi sekolah, mengatakan esensialis menegaskan kembali dan bergantung pada percobaan, kebenaran, dan pengujian kurikulum keterampilan dasar dan mata pelajaran. Esensialisme mendapat perlawanan sengit dari aliran filsafat seperti aliran pragmatime, eksistensialisme, dan postmodernisme, dari aliran ideologi seperti Marxisme, dan berbagai teori seperti progresivisme dan teori kritis. Kaum liberal, sangat tergantung pada sudut pandang mereka, mereka cenderung agak kritis terhadap aliran neo-esensialisme, terutama ketika terkait fundamentalisme agama/religius. Ahli pragmatisme berlawanan pendapat dengan ahli esensialisme tentang asumsi yang menyatakan bahwa kurikulum dapat ditetapkan berdasarkan kebutuhan siswa dan pengalamannya dan dipisahkan oleh isu sosial kontemporer. Ahli postmodernisme memandang klaim para esensialis mengabaikan peradaban melalui kebutuhan kurikulum untuk kelas dan grup sosial-ekonomi yang disukai. Para eksistensialis menentang esensialisme untuk memaksakan sesuatu yang telah ditentukan, daripada mengonstruksi sendiri, identifikasi pada siswa. Kaum liberal modern menentang kurikulum esensialisme yang terlalu kaku dan kurang relevan pada problem dan isu kontemporer. Ahli marxisme menemukan esensialisme menjadi terlalu bertahan pada eksistensi status quo kapitalisme. Progrevisme menemukan esensialisme terlalu formal, terlalu prosedural, dan tidak terbuka pada perbedaan pengalaman manusia. Para penganut teori kritik, hampir sama dengan marxisme dan eksistensialis, menemukan para esensialis memandatkan kemampuan dasar dan subjek menjadi samar dalam reproduksi satus quo pada sosial-ekonomi dan mengunci siswa pada situasi kelas yang telah ditentukan sebelumnya. MENGAPA MEMPELAJARI ESENSIALISME? Esensialisme merupakan pelajaran yang bernilai karena kegigihan dan frekuensi kemunculannya. Para ahli esensialisme sangat konsisten dalam mendefinisikan sekolah 10 sebagai institusi akademik. Mereka konsisten dalam mendefinisikan kurikulum sebagai keterampilan dasar dan sebagai mata pelajaran. ESENIALISME SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN Sebagai indikasi awal, esensialisme sebagai teori pendidikan cenderung fokus pada hal-hal yang spesifik. Artinya, sekolah sebagai agen sosiokultural yang memiliki peran utama dalam pendidikan akademik dan formal bagi siswa dalam menentukan kemampuan yang penting dan mata pelajaran. Sekolah sebagai sebuah agen transmisi budaya yang melewati kemampuan esensial dan mata pelajaran sebagai warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya mengabadikan peradaban. Dengan kata lain, esensialisme memiliki pandangan bahwa Pendidikan sebagai upaya dalam memelihara kebudayaan. Paham ini menginginkan manusia untuk kembali ke kebudayaan lama yang telah sukses dalam catatan sejarah membuktikan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia. Para esensialis memandang kebudayaan modern saat ini mengandung gejala-gejala penyimpangan dari kebudayaan masa lalu Thaib, 2015. Esensialisme menolak orientasi liberal dan progresif yang menyatakan bahwa sekolah sebagai institusi multifungsi yang menunjukkan variasi sosial, politik, ekonomi, dan peran terapeutik secara psikologis. Bagi para pakar esensialisme, banyak sekolah dan guru mengalihkan ke non-akademik, waktu yang sedikit, uang, dan sumber daya yang akan diperoleh mereka untuk menunjukkan fungsi akademik utama. Kurikulum Materi Pelajaran Para ahli esensialisme secara tegas mendukung kurikulum materi pelajaran yang dibedakan dan diatur sesuai dengan prinsip logis atau prinsip kronologis internal mereka. Mereka meragukan istilah inovatif atau pendekatan proses dalam pembelajaran, seperti konstruktivisme, yang mana siswa mengonstruksi dan membuat pengetahuan mereka sendiri secara kolaboratif. Para ahli esensialisme berpendapat bahwa orang-orang berbudaya atau beradab akan belajar secara efektif dan efisien dengan menggunakan pengetahuan yang telah dikembangkan dan disusun oleh para ahli dan pakar lainnya. Dalam esensialisme, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk menemukan pengetahuan yang sudah diketahuinya. Kurikulum yang mengabaikan masa lampau, menolak mata pelajaran yang dibatasi, dan membanggakan dirinya menjadi interdisipliner atau transdisipliner, pada kenyataanya menyebabkan kebingungan dalam pendidikan. Senada dengan pernyataan tersebut, Yunus 2016 menyatakan bahwa aliran esensialisme memandang pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuknya akan menjadikannya berubah-ubah, tidak konsisten, dan tidak terarah. Berdasarkan konsep yang menyatakan bahwa sekolah memiliki fungsi utama, kurikulum juga demikian, sangat spesifik dalam menginstruksikan apa yang disebut keterampilan dasar dan mata pelajaran. Keterampilan dasar dan mata pelajaran tersebut harus 11 ditentukan dengan cakupannya dengan tepat, memiliki urutan, bersifat kumulatif, dan menyiapkan masa depan bagi peserta didiknya. Cakupan yang Spesifik Ahli esensialime meragukan teori dan metode pendidikan yang tidak memiliki cakupan tertentu dan tidak ditentukan sesuai batasannya. Bagi mereka, membaca dan menghitung adalah keterampilan yang harus diajarkan dengan cara tertentu dalam kehidupan anak. Sejarah, sebagai subjek akademik, ditentukan sebagai deskripsi kronologis dan interpretasi masa lalu manusia. Ahli esensialisme meragukan metode interdisipliner seperti pembelajaran bahasa secara utuh dan metode konstruktivisme dan studi luas seperti seni bahasa dan studi sosial. Mereka percaya bahwa untuk sesuatu yang dipelajari itu harus diajarkan. Anak-anak tidak hanya akan memperoleh pengetahuan tentang aritmetika, sejarah, dan geografi sebagai pembelajaran bersamaan, seperti beberapa klaim aliran progresif. Urutan yang Spesifik Para ahli esensialisme percaya bahwa instruksi dalam mata pelajaran dan keterampilan tertentu ditentukan secara luas oleh logika internal pada mata pelajaran atau keterampilan. Dengan kata lain, ada perintah untuk diamati dalam pembelajaran sesuatu. Sebagai contoh, pengajaran sejarah Amerika yang mengikuti urutan kronologis sebagai berikut 1 pertemuan antara penduduk asli Amerika dan Eropa, 2 Kedudukan penduduk Eropa, 3 perang revolusi dan perjuangan untuk kemerdekaan, 4 periode nasional awal, 5 gerakan perbatasan barat, 6 perang sipil dan rekonstruksi, 7 industrialisasi dan imigrasi, 8 gerakan progresif, 9 perang dunia I, 10 taka tertekan, 11 perang dunia II, 12 perang dingin, dan 13 pasca perang dingin. Keberurutan berarti juga bahwa dalam instruksi untuk mete pelajaran tertentu diorganisasikan berdasarkan urutan kompleksitas, abstraksi, dan tingkat kesulitannya. Sebagai contoh, instruksi dalam pelajaran matematika dimulai dengan penghitungan aritmetika dasar, beranjak ke aljabar, selanjutnya ke materi geometri, dan berlanjut ke materi kalkulus dan trigonometri. Prinsip keruntutan berarti bahwa keterampilan dan materi pelajaran dipikirkan berdasarkan penentuan prosedur dan tidak perlu berdasarkan apa yang disukai oleh para siswa saat ini. Kumulatif Bagi para esensialis, progres melalui kurikulum adalah sebuah proses kumulatif. Pada mulanya, pondasi atau keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung, telah dikuasai. Keterampilan dasar tersebut dilihat sebagai kekuatan generatif yang bersifat generik dan dapat digunakan pada banyak operasi/kegiatan. Berdasarkan pada pondasi tersebut, siswa diarahkan pada mata pelajaran yang memiliki kompleksitas tinggi dan membutuhkan pemikiran yang tinggi pula. Efek kumulatif ini mengizinkan siswa-siswa 12 untuk memperoleh “tubuh pengetahuan” yang akan dibutuhkan pada pendidikan selanjutnya, untuk pekerjaan, dan untuk kehidupan pada umumnya. Persiapan Para esensialis melihat patokan di sekolah-melalui progres kurikulum dan promosi untuk-bukan sebagai akhir bagi mereka tetapi sebagai tangga pendidikan untuk menyiapkan ke arah pendidikan yang lebih maju, dunia kerja, sebagai warga negara, dan partisipasi sosial politik yang efektif. Pendidikan adalah sebuah proses dalam memanjat dari anak tangga ke anak tangga berikutnya dalam menyiapkan masa depan siswa. Pendidikan pra-sekolah disiapkan bagi anak-anak untuk menempuh pendidikan dasar, pendidikan dasar dipersiapkan untuk pendidikan menengah, dan seterusnya. Tangga pendidikan diartikulasikan dalam istilah intinya, yaitu kurikulum yang esensial. Sebagai contoh dalam penyusunan kurikulum, institusi tertinggi mengatur semua tujuan dari yang paling bawah, selanjutnya memiliki masukan dan ekspektasi yang dibutuhkan. Kritik terhadap kurikulum pendidikan esensialisme ini menyatakan bahwa bentuk keberurutan dan pengaturan secara ketat cenderung kaku seolah-olah siswa harus berbaris untuk memukul drum. John Dewey, ahli pragmatisme dan pendidik aliran progresif, menyerang doktrin ini dan menyatakan bahwa masa depan yang kita persiapkan akan berbeda secara drastis dari kenyataan yang terjadi saat ini. Pendidikan yang disiapkan secara ketat daripada menyiapkan pegalaman situasi saat ini, menjadi cepat usang. Menurut John Dewey, lebih baik menggunakan metode kecerdasan yang fleksibel yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah dan menghadapi perubahan dunia. Sebagai respons dari kritikan tersebut, esensialis menyatakan bahwa keterampilan dasar dan mata pelajaran akan bekerja dengan baik di masa lalu dan lebih disukai lagi di masa akan datang. Tetap Bertahan pada Tugas/kewajiban Para esensialis juga berpendapat bahwa sekolah dan guru perlu tetap fokus/bertahan pada tugas utama dan tidak dialihkan ke daerah nonakademik. Ketika para esensialis memiliki kepercayaan tentang ekonomi dan politiknya sendiri, mereka cenderung mempercayai bahwa sekolah seharusnya tidak digunakan untuk mengatasi permasalahn sosial dan ekonomi masyarakat. Di saat masalah dapat dieksplorasi pada istilah sub-mata pelajaran yang relevan dengan para siswa, sekolah seharusnya tidak menumpangkan atau mempromosikan politik tertentu, sosial, dan agenda ideologi ekonomi di dalamnya. Mereka seharusnya tidak menggunakan sekolah sebagai agensi indoktrinisasi politik. Lebih lanjut, para esensialis tidak mempercayai bahwa sekolah memiliki power untuk mengatasi masalah sosial dan penyakit masyarakat. Apa yang sekolah dapat lakukan adalah mengajar siswa-siswa tentang keterampilan dasar dan mata pelajaran yang akan dipersiapakan untuk menanganani problem sosial, politik, dan ekonomi di masa akan datang. Para esensialis mengkritik para ahli teori kritis yang menyatakan bahwa para kaum esensialis mengklaim 13 ketidakberpihakkan politik itu adalah omong kosong/palsu. Pertanyaan nyatanya adalah bukan pada ketidakberpihakkan tetapi siapa yang akan mengontrol pembuatan kurikulumnya. DIANA RAVITH, THE ACADEMIC CURRICULUM AND SCHOOLS Dalam Left Back, Diana Ravith berpendapat bahwa kegagalan dalam mereformasi pendidikan pada abad ke-20 ditandai dengan pendidik progresif yang lemah pada fungsi akademik di sekolah. Mereka membuat program yang berbeda bagi siswa-siswa yang berbeda, aliran ini terancam dan lemah dalam menentukan pendidikan karakter di sekolah. Sebagai pengguna buku ini, istilah “kurikulum akademik” tidak bermakna ke arah metode formal, metode hafalan, dan kepasifan siswa yang dikomplain oleh para pendidik dan orang tua. Tidak juga ke arah pembelajaran keterampilan saja. Hal itu lebih cenderung sebagai pengganti untuk studi sistematis pada bahasa dan sastra, ilmu alam dan matematika, sejarah, seni, dan bahasa asing. Studi tersebut secara umum menggambarkan sebagai pendidikan liberal, penyampaian pengetahuan dan keterampilan yang penting, mengolah imajinasi estetik, dan menagajrkan siswa untuk berpikir kritis dan reflektif tentang dunia yang mereka tinggali. Cerita lama pada abad ke-20 oleh ahli sejarah menyatakan bahwa gerakan pendidikan progresif mematikan dan menindas aliran tradisionalisme di kelas, dengan berani mendominasi sekolah-sekolah di Amerika, selanjutnya kehilangan kevitalannya dan layu di pertengahan tahun 1950-an. Paradigma ini diceritakan oleh Lawrence A. Cremin dalam tugas magisternya dengan judul The Transformation of The School Progressivism in American Education, 1876—1957. Dalam buku pentingnya Cremin tersebut, anti-intelektualisme muncul sesekali sebagai produk dari pendidikan progresif pada beberapa abad. Namun, buku ini berpendapat bahwa anti-intelektualisme merupakan konsekuensi tak terhindarkan pada ketegangan pendidikan progresif, terutama pendidikan progresif yang mempengaruhi pendidikan publik di Amerika. Mengapa pendapat tentang masalah masa lalu ini disampaikan sekarang? Seperti kita ketahui, dimanapun kurikulum akademik diencerkan atau dikurangi, banyak siswa didorong melalui sistem pendidikan tanpa manfaat dari hakikatnya. Saat kurikulum akademik kehilangan urgensinya sebagai pusat fokus di sistem pendidikan publik, sekolah kehilangan jangkarnya, misi nyata, komitmen moral yang intens untuk pengembangan intelektual pada masing-masing siswa. Saat ini, sekolah bersaing dengan waktu dan perhatian anak-anak dengan televisi, film, internet, dan media massa lainnya. Mereka harus tahu apa yang dapat dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Sekolah harus menegaskan kembali tanggung jawab utamanya untuk pengembangan kecerdasan generasi muda dan karakternya. Sekolah harus melakukan lebih jauh dari sekedar mengajar tentang “how to learn” dan “how to look things up”; mereka harus mengajar siswa tentang pengetahuan apa yang bernilai, bagaimana menggunakan 14 pengetahuan, bagaimana menorganisasi apa yang mereka tahu, bagaimana memahami hubungan amsa lalu dan masa sekarang, bagaimana menyampaikan perbedaan informasi akurat dan propaganda, dan bagaimana mengambil informasi menjadi pemahaman. Jika generasi muda dibebaskan dari studi-studi yang serius, tak terbebani oleh ide signifikan dan kontroversi Amerika dan sejarah dunia yang tak tersentuh oleh penyair besar dan novelis dunia, tanpa menyadari ilmu sains, mereka akan berbalik pada sumber lain untuk informasi dan stimulasi-nya. Jika kita ingin mengklaim ulang sekolah kita sebagai pusat pembelajaran, kita harus tahu bagaimana mereka datang untuk menjadi sesuatu sesuai jalannya. Salah satu kelebihan dari tradisi akademik adalah mengatur pengetahuan manusia dan membuatnya lebih komprehensif bagi para pembelajar. Hal ini akan memberikan penguatan intelektual kepada siapa saja yang ingin memahami pengalaman sosial dan alam sebagai fisik dunia. Sekarang, sebagai orang tua, pendidik, pembuat kebijakan, dan eleman masyarakat lainnya yang mencari standar tinggi, inilah waktunya untuk memperbarui tradisi akademik untuk anak-anak pad abad ke-21. Masyarakat sosial yang luas tidak akan sukses kecuali kalau mereka fokus pada apa yang terbaik untuk mereka lakukan. Mereka tidak dapat sukses sebagai sekolah kecuali kalau hampir semua siswanya kuat dalam literasi dan berhitung, sebagus pemahamannya dalam sejarah dan ilmu alam, sastra, dan bahasa asing. Mereka tidak dapat sukses kecuali kalau mereka mengajarkan siswanya tentang pentingnya kejujuran, tanggung jawab personal, kecerdasan intelektual, industri, kebaikan, empati dan sikap berani. Sekolah harus menyiapkan generasi mudanya untuk memiliki kecerdasan majemuk seperti yang ditulis oleh William T. Harris, bahwa kecerdasan tersebut memungkinkan individu untuk belajar hal-hal baru dan mengambil alih kehidupannya. Mereka harus mengajarkan pada siswanya tentang bahasa simbolis dan ide-ide abstrak. Mereka harus mengajar generasi muda tentang budaya dan dunia yang mereka tempati dan budaya yang ada dari dulu. Tiga kesalahan besar yang ditunjukkan adalah 1 kepercayaan bahwa sekolah harus diharapkan mengatasi semua masalah sosial, 2 kepercayaan bahwa ada porsi kebutuhan anak-anak untuk mengakses pendidikan berkualitas tinggi, 3 kepercayaan bahwa sekolah harus membatasi pengalaman siswa dengan segera dan meminimalisasi atau bahkan menghindari transfer pengetahuan. Asumsi pertama yang menjadikannya kurang fokus yaitu mengalihkan mengalihkan sekolah dari misi yang paling mendasar; kontribusi kedua untuk rendahnya pencapaian dan kebijakan demokratis; ketiga adalah merampas kekuatan intelektual generasi muda yang berasal dari pembelajaran dari pengalaman dan menghindarkan mereka dari berdiri pada pundak raksasa standing on the shoulders of giants pada setiap medan pemikiran dan aksi. Sekolah tidak akan menjadi usang oleh teknologi baru karena perannya sebagai institusi pendidikan lebih penting dari masa lalu. Teknologi dapat menjadi suplemen untuk sekolah 15 tapi tidak untuk menggantikan kedudukannya, bahkan kemajuan teknologi elektronik tidak mampu untuk memutar informasi dunia menjadi pengetahuan yang dewasa matang, sebuah bentuk intelektual magis membutuhkan keterampilan dan pengajaran guru. Untuk menjadi efektif, sekolah harus berkonsentrasi pada misi mendasar untuk pengajaran dan pembelajaran. Dan mereka harus melakukan itu untuk semua anak. Itulah tujuan menyeluruh bagi sekolah pada abad ke-21 ini. Daftar Pustaka Gutek, G. L. 2004. Philosophical and Ideological Voices in Education. New York Pearson Kumral, Orhan. 2014. “Philosophical Change in Education A Desired Primary School Model of Primary School Student Teachers.” International Online Journal of Educational Sciences 6 3524–32. Link, Sharon. 2008. “Essentialism & Perennialism.” Research Starters in Education, 1–6. Null, J. Wesley. 2008. “William Bagley versus Arthur Bestor Why the Standard Story Is Not True.” Educational Forum 72 3, hlm. 200-214. Pierce, Kristin B, and Victor M Hernandez. 2014. “Do Mathematics and Reading Competencies Integrated into Career and Technical Education Courses Improve High School Student State Assessment Scores?” Career and Technical Education Research 39 3213–29. Saidah, Ahmad Hafid. 2015. “Pemikiran Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, Dan Pragmatisme Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” Jurnal Al-Asas III 1165–178. Thaib, 2015. Esensialisme dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal Mudarrisuna 4 2731—762. Yunus, H. A. 2016. Telaah Aliran Pendidikan Progresivisme dan Esensialisme dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas 2 129—39. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Haikal YunusProses pendidikan melibatkan berbagai pihak, sekurang-kurangnya pendidik dan peserta didik. Partisipasi dari berbagai pihak menjadi modal untuk mencapai keberhasilan. Progresivisme dan esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang dapat diterapkan sebagai dasar epistemologi untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat partisipasif dengan alasan 1 Bahwa keduanya menghendaki agar tidak ada pendidikan bercorak otoriter, sejak berkembangnya aliran ini sampai sekarang; 2 Aliran ini menitikberatkan perhatiannya pada kemajuan Ilmu pengetahuan dan kebudayaan; 3 Pengalaman merupakan dinamika hidup; 4 Progresivisme tidak hanya mengakui akan adanya ide-ide, teori-teori, atau cita-cita, tetapi sesuatu yang ada itu harus bermakna bagi suatu kemajuan atau tujuan yang baik; 5 Progresivisme dan esensialisme mendorong manusia untuk memfungsikan jiwa untuk membina hidup yang dinamis dan tegar dalam menghadapi berbagai persoalan yang silih berganti. Kata Kunci Aliran Pendidikan, Progresivisme dan EsensialismeKristin B. PierceVictor M. HernandezA quasi experimental study tested a contextual teaching and learning model for integrating reading and mathematics competencies through 13 introductory career and technical education CTE courses. The treatment group consisted of students in the 13 introductory courses taught by the CTE teachers who designed the units and the control group consisted of students in all other non-integrated sections of the 13 introductory courses. After a 26-week intervention, 9th and 10th grade student state reading and mathematics test scores were analyzed to determine if the mean change in post-test scores was greater in the treatment group than the mean change in scores in the control group. Quantitative analysis revealed that the integrated CTE courses were statistically significant in improving reading treatment group scores, but not statistically significant in improving mathematics treatment group Wesley NullThis essay challenges the conventional understanding of William Bagley and Arthur Bestor, which suggests that they held similar views in curriculum and teacher education. The author thinks this view is completely wrong and provides a radical new interpretation of Bagley and Bestor that uncovers a lost tradition within the field of education. Drawing on the important distinctions made between Bagley and Bestor in this essay is crucial to rebuilding the teaching profession dalam Perspektif Filsafat Pendidikan IslamM I ThaibThaib, 2015. Esensialisme dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal Mudarrisuna 4 2 Change in Education A Desired Primary School Model of Primary School Student TeachersG L GutekGutek, G. L. 2004. Philosophical and Ideological Voices in Education. New York Pearson Kumral, Orhan. 2014. "Philosophical Change in Education A Desired Primary School Model of Primary School Student Teachers." International Online Journal of Educational Sciences 6 3524-32. & PerennialismSharon LinkLink, Sharon. 2008. "Essentialism & Perennialism." Research Starters in Education, Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, Dan Pragmatisme Dalam Perspektif Pendidikan IslamAhmad SaidahHafidSaidah, Ahmad Hafid. 2015. "Pemikiran Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, Dan Pragmatisme Dalam Perspektif Pendidikan Islam." Jurnal Al-Asas III 1165-178.
AliranEsensialisme dalam Pendidikan dan Sejarahnya fitrah yang sama yang berpangkal pada asal kejadiannya yang fitri yang memiliki konsekuensi logis pada watak kesucian dan kebaikan. perenialisme dalam konteks Sayyed Husein Nasr terlihat hendak mengembalikan kesadaran manusia akan hakikatnya yang fitri akan membuatnya berwatak kesucian dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat modernisasi dapat pula menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaissance, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Dengan pengembalian pola pendidikan pada pengambilan nilai-nilai masa lalu, esensialisme percaya bahwa keefektifan pembelajaran akan tercipta. Esensialisme sangat menekankan pada pendidikan dimasa lalu dan cenderung tidak mendukung dengan pola pendidikan masa kini atau yang sering disebut sebagai modernisasi pendidikan. Bagi esensialisme pola-pola pendidikan masa lalu lebih memberikan banyak kemutakhiran pola berpikir yang ada dalam diri siswa. Modernisasi dianggap sebagai zaman yang hanya menambahkan banyak nilai-nilai baru yang kalah dengan nilai-nilai lama dalam hal menghasilkan siswa yang berkompeten, sehingga nilai-nilai lamalah yang mempunyai peranan penting jika dilihat dari kacamata esensialisme. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai aliran filsafat esensialisme. B. Rumusan Masalah Uraikan apa yang kamu ketahui tentang Aliran Essensialisme ! C. Tujuan Menguraikan apa yang kamu ketahui tentang Aliran Essensialisme ! BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Aliran Esensialisme Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri utamanya berbeda dengan progresivisme. Progresif mempunyai pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang. Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu. Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Berkaitan dengan hal itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-ailai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu. B. Ciri-ciri Utama Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran para filosof ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental. Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia. Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagai peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini, terutama yang hidup pada zaman klasik Plato, Aristoteles, dan Democritus. Plato sebagai bapak Objective-Idealisme adalah pula peletak teori-teori modern dalam Essentialisme. Sedangkan Aristotes dan Democritus, keduanya Bapak Objective-Realisme. Kedua ide filsafat itulah yang menjadi latar belakang thesis-thesis Essentialisme. Yang amat dominan dalam Essentialisme tidak hanya filsafat klasik tersebut. Malahan lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman Renaissance, merupakan sokoguru aliran ini. Brameld menulis ciri utama Essentialisme itu sebagai berikut “Pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang, otoritas gereja yang dogmatis, dimana pengikut Essentialisme modern bertujuan mengusahakan suatu sistematika, konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern.” Essensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Praktek filsafat pendidikan essensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi sepihak dari salah satu aliran yang ia sintesiskan. C. Hakikat Aliran Esensialisme Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan materialistic. Selain itu juga didasari oleh pandangan-pandangan dari penganut aliran idealisme dan realisme. Esensialisme juga merupakan konsep yang meletakkan sebagian dari cirri alam piker modern. Sebagaimana halnya sebab musabab munculnya renaisans. Eensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman modern. Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam atau dunia fisik. Sedangkan idealisme modern sebagai ekspon yang lain, pandangannya bersifat spiritual. John Deonal Butler mengutarakan secara singkat cirri dari masing-masing ini. Idelisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan atau ide. Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak tebatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikirberada dalam lingkungan kekuasaan tuhan. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan sendiri. Idealisme modern dengan tokoh-tokoh utamanya di jerman pada abad ke 17 dan 18, mengutarakan dan membahas pokok-pokok persoalan yang dekat dengan manusia, diantaranya terolahnya kesan-kesan indera oleh akal dan proses penjelmaannya nenjadi pengetahuan. Demikian pula oleh realisme, masalah-masalah tersebut juga menjadi objek peninjauan seperti terbukti dari gagasan-gagasan dari tokoh-tokohnya di inggris sebelum idealisme muncul. D. Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme. 1. Desiderius Eranus, belanda abad 15/16 Berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanis dan bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat. 2. Johan Amos Comenius 1592-1670 Berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan karena pada hakekatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan. 3. John Locke. Inggris 1746-1827 Berpendapat bahwa pendidikan hendaknya sekala dekat dengan situasi dan kondisi. 4. Johann henrich pestalozzi 1827-1946 Percaya bahwa sifat alam itu tercermin pada manusia dan manusia juga mempunyai hubungan transendental langsung dengan Tuhannya 5. Johan Freidrich Frobel 1782-1852 Berkeyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari ala mini sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam. 6. Leibniz Ia merumuskan bahwa semua kejadian dan fakta itu saling berhubungan dan merupakan system yang harmonis, dan system ini telah ada sebagai pembawaan dari alam semesta itu sendiri. Teori ini juga dijelaskan dengan adanya pengertian modern. 7. Immanuel kant Tokoh ini sampai kepada pengakuan bahwa ilmu itu mengandung kebenaran dan budi manusia dapat mencapai kebenaran tersebut. Menurutnya pengetahuan dapat dipaparkan dengan putusan, dan putusan adalah merupakan rangkaian pengertian subjek dan predikat. 8. Hegel Berpendapat bahwa ia mencari yang mutlak dari yang tidak mutlak. Dikatakan bahwa yang mutlak itu adalah roh jiwayang menjelma pada alam, maka sadarlah ia akan dirinya. Roh mempunyai inti yang disebut idea atau berfikir. 9. Arthur Schopenhaner Ia berkesimpulan bahwa hidup ini penuh dengan kemurungan, yaitu tiada kepuasan atas terwujudnya kemauan sepanjang hayatmanusia. Ia juga berpendapat bahwa voluntas kehendak adalah motor bagi manusia untuk mencapai tempat atau kedudukan penting. 10. Thomas hobbes Berpendapat bahwa pengetahuan yang benar adalah yang dapat dijangkau oleh indera. Jadi, pengetahuan tidak dapat mengatasi melampaui penginderaan. Persentuhan dunia luar dengan indera, jadi bersifat empiric, menjadi pangkal dan sumber pengetahuan. 11. Davis Hume Mengemukakan analisa mengenai pengetahuan dan substansi. Pengetahuan adalah sejumlah pengalaman yang timbul silih berganti. Masing-masing pengalaman itu mengadakan impresi tertentu bagi orang yang menghayati substansiitu sebenarnya tidak ada, karena sebenarnya adalah perulangan pengalaman yang tadi. 12. Francis Bacon Tokoh utama inggris yang lain ini adalah pemegang canang ilmupengetahuan modern. Dalam bukunya yang berjudul Novum Organum, bacon mengatakan bahwa ,enurut pandangan dan kesimpulannya pada masa lampau dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan ini manusia bau sedikit hubungannya dengan dunia luar. Padahal dunia luar ini adalah realita yang sesungguhnya. E. Pandangan-Pandangan Aliran Esensialisme 1. Pandangan mengenai realita Sifat yang menonjol dari ontology esensialisme adalah suatu konsesi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Di bawah ini adalah uraian mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme. realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif, karena mempunyai cara pandang yang sistematis mengenai alam serta tempat manusia di dalamnya. Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu., dengan landasn pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakekatnya adalah jiwa atau spirit, idelisme men etapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata. 2. Pandangan mengenai pengetahuan Pada kaca mata realisme, masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan dengan penelaahan bahwa manusia perlu dipandang sebagai makhluk yang padanya berlaku hukum yang mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Bersendikan prinsip di atas dapatlah dimengerti bahwa relisme memperhatikan berbagai pandangan dari tiga aliran psikologi asosianisme, behaviorisme dan koneksionisme. Dengan memperhatikan tiga aliran ini, yang pada dasarnya mencerminkan adanya penerapan metode-metode yang lazim untuk ilmu pengetahuanalam kodrat, realisme menunjukkan sikap lebih maju mengenai masalah pengatahuan ini dibanding dengan idealisme. 3. Pandangan mengenai nilai Menurut realisme kwalitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bila dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut. Teori lain yang timbul dari realisme disebut determinisme etis. Dikatakan bahwa semua yang ada dalam ala mini termasuk manusia mempunyai hubungan hingga merupakan rantai sebab-akibat. Realisme berdasarkan atas keturunan dan lingkungan. Nilai keindahan adalah suatu kenikmatan yang dihasilkan dalam pengalaman bila kognisi dan perasaan bercampur atau saling berpengaruh. Yang dimaksud dengan kognisi disini adalah persoalan persepsi sebagaimana dihubungkan dengan kenikmatan keindahan. Kenukmatan seseorang mengenai keindahan itu merupakan perpaduan antara pengalaman, persepsi, dan perasaan. 4. Pandangam mengenai pendidikan Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umur, simplikataf dan selektif, dengan maksud agar semata-mata dapat memberikan gambaran mengenai bagian-bagian utama dari esensialisme. Esensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi diri sendiri sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari sudut abad pertengahan. 5. Pandangan mengenai belajar Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera memerlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah kepada budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri. Seorang filosuf dan ahli sosiologi yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang pasif, yang berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah tertentu yang diatur oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu adalah sosial. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan di teruskan kepada angkatan berikutnya. Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas 1 Determiuisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis. 2 Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan. 6. Pandangan mengenai kurikulum Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan. Bogoslousky, mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian 1 Universum Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-Iainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas. 2 Sivilisasi Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera . 3 Kebudayaan Kebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. 4 Kepribadian Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal. F. Kelebihan dan Kelemahan Aliran Esensialisme 1. Kelebihan a. esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk mereka sendiri melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini. b. esensialis berpendapat bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang tidak dapat diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan imtelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara bertindak,organisasi,dan fungsisosial. 2. Kelemahan a. menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan kemungkinan perubahan. b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada masyarakat. c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh dan pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa. BAB III KESIMPULAN. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual Dengan demikian disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah, berarti bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan ide-ide. Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Menurut pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan menyelidiki semua ide serta gagasannya maka manusia akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada Allah SWT DAFTAR PUSTAKA Barnadip, imam, filsafat pendidikan, yogyakarta andi offset, 1987 Khobir, Abdul, filsafat pendidikan islam, pekalongan STAIN PRESS, 2007.
FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021 ( ALIRAN FILSAFAT IDEALISME ) Di dalam latar belakang pemateri yang diciptakan oleh ide atau pikiran, menjelaskan Filsafat berasal dari bahasa karena ide atau pikiran itu timbul lebih Yunani "philosophos", philo berarti cinta dahulu, baru kemudian sesuatu itu ada.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Aliran esensialisme ialah aliran yang muncul pada zaman renaisans dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda progressivisme. Esensialisme didasari atas pendangan humanisme yang merupakan rekasi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian. Tujuan umum aliran esensialisme dan realisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. PEMBAHASAN ALIRAN ESENSIALISME Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda progressiveisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas, dimana serba terbuat untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Bagi essensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah, karena itu essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas . Essensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan matrelialistik. Selain itu pula diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Mambarnadib 1981, menyebutkan beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran aliran essensialisme yaitu 1 Desiderius erasmus, 2 Johann Annos Comenius 3 John Locke 4 Johann Nenrich Pestalozzi 5 Johann Friederick Frobel 1782-1852 6 Johann Friederick Herbert 7 William T. Harris Dalam rangka mempertahankan pahamnya itu, khususnya dari persaingan dengan paham progressivisme, tokoh-tokoh essensialisme mendirikan suatu organisasi yang bernama “Essentialist Committee for The Advancement of Education”. Pada tahun 1930 yakni melalui organisasinya inilah pandangan-pandangan essensialisme dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sebagai mana telah disinggung dimuka bahwa essensialisme mempunyai pandangan yang dipengaruhi oleh paham idealisme dan realisme, maka konsep-konsepnya tentang pendidikan sedikit banyak ikut diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi essensialisme merupakan semacam dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum essensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada dimasyarakat. PENUTUP 1. Kesimpulan Dari uraian di atas dalam bab pembahasan dapat disimpulkan bahwa a. Essensilaisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Yang diwarnai pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. b. Isi pendidikan aliran essensialisme mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. DAFTAR PUSTAKA – Zunairini. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, Bumi Aksara. – Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yayasan Penerbit Fip IKIP, Yogyakarta
Essensialismemenawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah adalah pesaingnya memberikan teori yang lemah.9 C. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Essensialisme Kelebihan dari aliran essensialisme ialah : 1.
Aliran Esensialisme dan Para Tokoh Tokohnya 31 Mei 2020 1240 Diperbarui 31 Mei 2020 1246 A. Pengertian EsensialismeEsensialisme terdiri dari 2 kata, yakni esensi hakikat, inti, dan dasar dan esensial sangat prinsip, sangat berpengaruh, dan sangat peluh. Jadi esendialisme sendiri adalahaliran yang ingin manusia kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama. Aliran ini didasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada awal kebudayaan ini muncul pada zaman prenesence, karena reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dokmatis yang terjadi pada abd pertengahan, jadi prenesence yakni pangkal timbul pikir esensialisme. Pendidikan harus memili nilai-nilai kejelasan dan tahan lama, dan nilai-nilai yang ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais hidup yang keduniawian dan materialistik. Tujuannya adalah membentuk seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut menjadi lebih ini dibutuhkan guru yang dewasa pemikirannya, karena guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excelence, yang mana dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model dan figur yang diteladani oleh peserta didik. Seorang guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan melalui sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam masyarakat. Esensi atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga dapat menfikan sesuatu yang konkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi kustru mengacu pada hal yang konkret, individual, dan dinamis. Contohnya seperti penanaman budi pekerti yang baik kepada peserta didik. Karena hal itu akan tertanam dalam jiwa peserta didik begitupun akan teralisasikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga kebudayaan dalam masyarakat menjadi budaya yang baik dan berbudi Kurikulum, Kelebihan, dan Kelemahan Aliran EsensialismeKurikulum aliran ini yakni mengenai Kurikulum dasar, mendekatkanpada keterampilan yang mana mengajarkan pengenalan menengah, terdiri dari pelajaran sejarah, matematika, sains, sastra, da tinggi yang merupakan pelajaran yang disesuaikan keadaan menegakkan pewarisan budaya dan keterampilan pada peserta didik supaya menjadi yang aliran esensialisme Suatu ide/ gagasan manusia diuji sumber dari dasar pendidikan yang flekbilitas, maksudnya memberikan keterbukaan terhadap perubahan dan toleran tidak terikat dengan doktrin berpijak pada yang mempunyai nilai ini berpendapat bahwa perubahan adalah keadaan yang tidak dapat dirubah dalam keadaan guru sebagai model yang baik untuk di gugu dan aliran esensialisme Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pemikir esensialis umumnya berpandangan filsafat yang berbeda, bahkan memandang ilmu sastra, bahkan pelajaran ipa, teknik dan kejuruan lah penting diperlukan siswa agar memberi kontribus pada ditekankan pada guru, bukan pada Tokoh-Tokoh Aliran EsensialismePelopor aliran esensialisme yakni, William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandel. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan sejarah budaya dan sejarag bagi generasi William C. Bagley yakni Minat yang kuat dan tahan lama tumbuh dari upaya belajar yang dapat menarik kedisplinan sebagai tujuan pendidikan. Bagi individu dan bangsa kebebasan yang sesungguhnya yakni suatu yang dicapai melalui perjuangan, bukan adalah teori tentang pendidikan, sedangkan progresivisme memberi teori yang lemah. bagley dan rekan-rekannya memilki kesamaan dalam pemikirannya, yakni pergerakan progresif telah merusak standar intelektual dan moral kaum muda. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mengutamakan minat masyarakat. Halaman Selanjutnya Aliran Esensialisme dan Tokoh-tokoh Filsufnya 29 Mei 2020 2040 Diperbarui 14 Juni 2021 1700 Memahami Aliran Esensialisme dan Tokoh-tokoh Filsufnya unsplash/inaki del olmo A. Pengertian EsensialismeEsensialisme terdiri dari 2 kata, yakni esensi hakikat, inti, dan dasar dan esensial sangat prinsip, sangat berpengaruh, dan sangat peluh.Jadi esensialisme sendiri adalahaliran yang ingin manusia kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama. Aliran ini didasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada awal kebudayaan ini muncul pada zaman prenesence, karena reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dokmatis yang terjadi pada abd pertengahan, jadi prenesence yakni pangkal timbul pikir harus memili nilai-nilai kejelasan dan tahan lama, dan nilai-nilai yang jelas. Esensialisme menjadi corak berfikir modern. Titik berat tinjauannya mengenai alam dan dunia fisik, dan pandangannya bersifat spiritual. Jhon batlem menyatakan bahwa alam sebagai tempat juga Mengartikan Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme dalam Kebudayaan LamaAliran ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais hidup yang keduniawian dan adalah membentuk seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut bergerak. Disiplin, keterampilan, seni, dan sains merupakan pengaturan yang ini dibutuhkan guru yang dewasa pemikirannya, karena guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excelence, yang mana dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model dan figur yang diteladani oleh peserta guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan melalui sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam masyarakat. Halaman Selanjutnya
Esensialismemerupakan aliran yangberakar pada suatu pembelajaran mata pelajaran yang bersifat dasar. Esensinyamenunjuk pada sesuatu yang perlu tentang suatu objek, disiplin, subjek dan suatucontoh.
0% found this document useful 0 votes2K views13 pagesDescriptionmakalah aliran filsafat pendidikan esensialismeCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views13 pagesMakalah Aliran EsensialismeJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
KELEBIHANDAN KEKURANGAN DARI 4 ALIRAN TEORI MANAJEMEN BESERTA CONTOH PENERAPANNNYA. 1. TEORI MANAJEMEN ILMIAH. KELEBIHAN TEORI MANAJEMEN ILMIAH :a) Bisa diterapkan dalam berbagai macam kegiatan organisasi, selain organisasi industryb) Mampu memberikan rancangan kerja & mendorong manajer untuk mencari solusi yang terbaik dalam melaksanakan suatu pekerjaanc) Teknik efesiensi dari manajemen
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A. Pengertian EsensialismeEsensialisme terdiri dari 2 kata, yakni esensi hakikat, inti, dan dasar dan esensial sangat prinsip, sangat berpengaruh, dan sangat peluh. Jadi esensialisme sendiri adalahaliran yang ingin manusia kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama. Aliran ini didasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada awal kebudayaan manusia. Aliran ini muncul pada zaman prenesence, karena reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dokmatis yang terjadi pada abd pertengahan, jadi prenesence yakni pangkal timbul pikir esensialisme. Pendidikan harus memili nilai-nilai kejelasan dan tahan lama, dan nilai-nilai yang jelas. Esensialisme menjadi corak berfikir modern. Titik berat tinjauannya mengenai alam dan dunia fisik, dan pandangannya bersifat spiritual. Jhon batlem menyatakan bahwa alam sebagai tempat juga Mengartikan Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme dalam Kebudayaan LamaAliran ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais hidup yang keduniawian dan materialistik. Tujuannya adalah membentuk seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut bergerak. Disiplin, keterampilan, seni, dan sains merupakan pengaturan yang ini dibutuhkan guru yang dewasa pemikirannya, karena guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excelence, yang mana dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model dan figur yang diteladani oleh peserta didik. Seorang guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan melalui sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam masyarakat. 1 2 3 4 Lihat Filsafat Selengkapnya
Aliranini pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak dan dogmatism abad pertengahan. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniawian, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Halo teman-teman! Kali ini saya akan menganalisis aliran filsafat perenialisme beserta tokoh Pengertian perenialisme aliran filsafat pendidikanSecara etimologis kata perenial berasal dari bahasa latin "perenis" Yang artinya kekal selama lamanya atau abadi sehingga filsafat perenial dikatakan sebagai filsafat keabadian. Aliran ini lahir pada abad ke-20. Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali artinya sebagau suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang zaman modern terutama pendidikan zaman sekarang perlu kembali ke masa lampau. Baca juga Filsafat Pendidikan PerenialismeB. Tokoh filsufnya1. PlatoSebagai filosof plato memiliki kedudukan yang sangat istimewa, ia pandai menyatukan puisi,ilmu,seni dan filosofi. Pandangan abtrak sekalipun dapat dilukiskan dengab gaya bahasa yang indah. Menurutnya tujuan pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asa normative dan melaksanakannya dalam aspek kehidupan. 2. AristotelesIa merupakan murid dari plato. Menurutnya tujuan pendidikan adalah pendidikan membentuk kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan Thomas aquinas 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
Jadi ideologi yang dipahami di sini menjadi persaingan sistem kepercayaan, menggabungkan kedua sikap nilai epistemologis dan nilai moral, tanpa arti yang bermaksud merendahkan (Ernest, 1991:105). 1. Pendidikan kapitalisme, pendidikan saintisisme, Pendidikan kontemporer. Pada dunia pendidikan tersebut, menganut ideologi yang sama, yaitu
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A. Pengertian EsensialismeEsensialisme terdiri dari 2 kata, yakni esensi hakikat, inti, dan dasar dan esensial sangat prinsip, sangat berpengaruh, dan sangat peluh. Jadi esendialisme sendiri adalahaliran yang ingin manusia kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama. Aliran ini didasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada awal kebudayaan ini muncul pada zaman prenesence, karena reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dokmatis yang terjadi pada abd pertengahan, jadi prenesence yakni pangkal timbul pikir esensialisme. Pendidikan harus memili nilai-nilai kejelasan dan tahan lama, dan nilai-nilai yang jelas. Aliran ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais hidup yang keduniawian dan materialistik. Tujuannya adalah membentuk seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik. Aliran ini dibutuhkan guru yang dewasa pemikirannya, karena guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excelence, yang mana dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model dan figur yang diteladani oleh peserta didik. Seorang guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan melalui sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga dapat menfikan sesuatu yang konkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi kustru mengacu pada hal yang konkret, individual, dan dinamis. Contohnya seperti penanaman budi pekerti yang baik kepada peserta didik. Karena hal itu akan tertanam dalam jiwa peserta didik begitupun akan teralisasikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga kebudayaan dalam masyarakat menjadi budaya yang baik dan berbudi Kurikulum, Kelebihan, dan Kelemahan Aliran EsensialismeKurikulum aliran ini yakni mengenai Kurikulum dasar, mendekatkanpada keterampilan yang mana mengajarkan pengenalan menengah, terdiri dari pelajaran sejarah, matematika, sains, sastra, da tinggi yang merupakan pelajaran yang disesuaikan keadaan menegakkan pewarisan budaya dan keterampilan pada peserta didik supaya menjadi yang aliran esensialisme Suatu ide/ gagasan manusia diuji sumber dari dasar pendidikan yang flekbilitas, maksudnya memberikan keterbukaan terhadap perubahan dan toleran tidak terikat dengan doktrin berpijak pada yang mempunyai nilai ini berpendapat bahwa perubahan adalah keadaan yang tidak dapat dirubah dalam keadaan guru sebagai model yang baik untuk di gugu dan aliran esensialisme Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan. Para pemikir esensialis umumnya berpandangan filsafat yang berbeda, bahkan memandang ilmu sastra, bahkan pelajaran ipa, teknik dan kejuruan lah penting diperlukan siswa agar memberi kontribus pada ditekankan pada guru, bukan pada siswa. C. Tokoh-Tokoh Aliran EsensialismePelopor aliran esensialisme yakni, William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandel. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan sejarah budaya dan sejarag bagi generasi William C. Bagley yakni Minat yang kuat dan tahan lama tumbuh dari upaya belajar yang dapat menarik kedisplinan sebagai tujuan pendidikan. Bagi individu dan bangsa kebebasan yang sesungguhnya yakni suatu yang dicapai melalui perjuangan, bukan adalah teori tentang pendidikan, sedangkan progresivisme memberi teori yang lemah. bagley dan rekan-rekannya memilki kesamaan dalam pemikirannya, yakni pergerakan progresif telah merusak standar intelektual dan moral kaum muda. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mengutamakan minat masyarakat. 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
JYAB. pkh4k6xlsl.pages.dev/5pkh4k6xlsl.pages.dev/892pkh4k6xlsl.pages.dev/382pkh4k6xlsl.pages.dev/795pkh4k6xlsl.pages.dev/185pkh4k6xlsl.pages.dev/751pkh4k6xlsl.pages.dev/617pkh4k6xlsl.pages.dev/410pkh4k6xlsl.pages.dev/296pkh4k6xlsl.pages.dev/695pkh4k6xlsl.pages.dev/254pkh4k6xlsl.pages.dev/979pkh4k6xlsl.pages.dev/432pkh4k6xlsl.pages.dev/634pkh4k6xlsl.pages.dev/417
kelebihan dan kekurangan aliran esensialisme